Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Mengapa Israel Tunda Invasi Darat ke Jalur Gaza?
Waktu 24 jam batas pengosongan Gaza utara sudah berlalu, militer Israel menunda invasi darat skala besar atas alasan cuaca.
Editor: Setya Krisna Sumarga
TRIBUNNEWS.COM, YOGYA – Intelektual dan filsuf ternama Rusia, Dr Alexander Dugin, memprediksi konflik terbaru Hamas-Israel akan mengubah secara drastis peta konflik global.
Dunia politik Islam semakin terkonsolidasi, dan barat akan benar-benar kehilangan pengaruhnya secara internasional.
Keberpihakan terang-terangan pemerintah AS dan Uni Eropa kepada pemerintah zionis Israel terus menumbuhkan sikap antipati.
Sementara Rusia, China, Iran dan sejumlah negara yang selama ini berseberangan dengan barat, akan semakin mendapat hati di kalangan dunia Islam.
Menurut Dugin lewat akun X-nya, penundaan invasi darat Israel ke Jalur Gaza memberi tanda kuat masalahnya bukan skadar soal cuaca seperti alasan militer Israel.
Baca juga: Siapa Bisa Cegah Eksodus dari Jalur Gaza?
Baca juga: Skenario Terburuk, Jalur Gaza Jatuh ke Tangan Israel
Ribuan kendaraan tempur dan ratusan ribu tentara Israel saat ini telah dimobilisasi sepanjang perbatasan dengan Gaza.
Dilihat dari posisi terakhir mesin-mesin tempur itu, mestinya tinggal menunggu perintah serbu dari pemimpin Israel.
Apalagi sebagian besar penduduk Gaza kini telah meninggalkan bagian utara enklave Palestina, ke selatan yang lebih aman dari target serangan udara Israel.
Militer Israel telah menyebarkan ultimatum sejak Jumat pagi agar penduduk Gaza City dan sekitarnya berpindah ke selatan dalam tempo 24 jam.
Dugin melihat penundaan itu terjadi karena Washington masih belum memberi lampu hijau dimulainya serangan darat.
Pemerintah AS masih mengukur situasi global, mengingat secara serentak sejak akhir pekan hingga Minggu (15/10/2023), gelombang aksi solidaritas Palestina tergelar di berbagai kota besar dunia.
Reaksi masyarakat internasional, juga suara-suara kelompok Islam begitu kuat. Ini ditambah sikap Iran yang cukup agresif memperingatkan Tel Aviv.
Penguasa Qatar yang jadi satu di antara donatur terbesar Hamas dan Palestina, turut memberi lampu kuning jika Israel meneruskan gempuran terhadap warga sipil Palestina.
Dilihat dari situasi terkini yang memberi tanda tidak kondusif bagi strategi geopolitik global Washington, skala serangan darat Israel mungkin tidak akan sebesar yang dibayangkan semula.