Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Mengapa Organisasi Sebaiknya Jangan Abaikan Keinginan Gen Z Lakukan Pekerjaan Jarak Jauh?
Generasi Z (Gen Z), angkatan kerja baru yang lahir antara tahun 1997 dan 2012, telah menjadi sorotan dalam tren kerja global terkini.
Editor: Willem Jonata
Mereka justru memandang keterampilan mereka sebagai aset portabel, yang dapat diterapkan dalam perekonomian global yang saling terhubung. Hal ini sangat selaras dengan visi mereka untuk masa depan saat keseimbangan antara kehidupan kerja dan pribadi bukanlah sebuah aspirasi namun sebuah kenyataan yang dapat dicapai.
Pada intinya, pesan Menko Muhadjir tersebut berfungsi sebagai peringatan yang menyatakan pentingnya peran kemahiran digital dalam membentuk masa depan dunia kerja, khususnya bagi Gen Z.
Pesan ini menggarisbawahi pemahaman mendalam mereka terhadap lanskap yang terus berkembang dan kesiapan mereka untuk memanfaatkan peluang yang ada. Generasi ini siap untuk memimpin di dunia yang menjadikan kemampuan beradaptasi dan kecanggihan teknologi sebagai landasan kesuksesan.
Berdasarkan Laporan Gen Z Indonesia dari IDN, di antara mereka yang disurvei secara lokal, Gen Z lebih memilih bekerja dari rumah dibandingkan gaya kerja lainnya.
Hal ini sejalan dengan 69% Gen Z di dalam negeri yang menyatakan bahwa mereka harus memiliki keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi, dibandingkan dengan 31% dari mereka yang bersedia bekerja berjam-jam asalkan menerima kompensasi tambahan.
Pemberi kerja yang tetap kaku dalam pendekatan mereka berisiko kehilangan talenta terbaik serta, yang lebih penting, kehilangan inovasi dan perspektif segar yang dibawa oleh Gen Z.
Stereotip umum bahwa Gen Z bukan pekerja keras tidaklah benar jika kita menelaah faktanya. Survei IDN melaporkan 67% Gen Z Indonesia bersedia bekerja berjam-jam asalkan mendapat kompensasi yang layak. Data tersebut menunjukkan bahwa Gen Z menghargai karier mereka dan bersedia melakukan upaya ekstra.
Untuk menarik dan mempertahankan talenta terbaik, pemberi kerja harus beradaptasi dengan dinamika kerja yang terus berubah.
Merupakan tanggung jawab pemberi kerja untuk beradaptasi dengan perubahan kondisi kerja dan mulai memprioritaskan produktivitas, fleksibilitas serta keterlibatan karyawan dibandingkan tatap muka. Pekerjaan jarak jauh sebaiknya tidak dilihat sebagai insentif sementara yang dapat dibatalkan begitu saja.
Memilih untuk menerapkan pekerjaan jarak jauh akan menciptakan perbedaan yang berarti pada infrastruktur organisasi, praktik perekrutan, budaya, dan laba. Di saat karyawan menikmati fleksibilitas, organisasi mendapatkan manfaat yang lebih besar.