Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Amerika Serikat dalam Pusaran Konflik Tak Berkesudahan di Dunia

AS kini ibarat manusia yang sedang tenggelam di lautan. Tangannya seperti menggapai apa saja menciptakan kekacauan di dunia.

Editor: Setya Krisna Sumarga
zoom-in Amerika Serikat dalam Pusaran Konflik Tak Berkesudahan di Dunia
AFP
Kapal-kapal Amerika Serikat di perairan Laut China Selatan, berdekatan dengan teluk Filipina. 

TRIBUNNEWS.COM, YOGYA – Aksi massa yang nyaris rusuh tiba-0tiba terjadi di Bandara Internasional Makhachkala, Republik Dagestan Rusia.

Ratusan pria mendobrak gerbang bandara, menerobos ke landasan parkir pesawat dan berusaha merundung sejumlah penumpang di dalamnya.

Kerusuhan itu dipantik isu pesawat yang mendarat di bandara itu membawa para pengungsi Yahudi dari Israel yang sedang dilanda peperangan.

Aksi yang bernuansa antisemitik itu bisa diredam aparat keamanan Dagestan yang tiba secara cepat ke lokasi kejadian.

Kerusuhan mendadak itu melahirkan pernyataan penting Presiden Rusia Vladimir Putin. Ia menyatakan, pemantik isu adalah saluran Telegram yang dikelola intelijen Ukraina dan didukung barat.

Memanfaatkan sentimen Palestina, kemarahan dipantik ke massa Dagestan, yang mayoritas beragama Islam dan bersimpati pada perjuangan rakyat Palestina.

Putin lalu merujuk upaya barat yang dipimpin AS, untuk menciptakan ketidakstabilan, di manapun mereka menginginkan superioritas.

BERITA REKOMENDASI

Di Ukraina, AS dan barat menyokong penuh apa yang oleh Putin disebut rezim neo-Nazi, yang mempersekusi warga berbahasa Rusia selama bertahun-tahun.

Eksistensi kelompok-kelompok bersenjata neo-Nazi itu terlihat sangat nyata di tengah konflik Ukraina. Kelompok utama dimotori Batalyon Azov, yang terintegrasi di Kemendagri Ukraina.

Baca juga: Memori Tragedi Sabra Shatila dan Genosida di Jalur Gaza

Baca juga: Siapa Membom Rumah Sakit Al Ahli di Jalur Gaza?  

Baca juga: Siapa Bisa Cegah Eksodus dari Jalur Gaza?

Amerika Serikat dalam satu dua dekade terakhir benar-benar tampak seperti orang yang tenggelam di lautan. Mereka putus asa, terombang-ambing, dan menciptakan kekacauan di seluruh dunia.

Kembalinya Rusia dan China sebagai kekuatan global yang membangun dunia multipolar, membuat AS panik dan ngawur, berusaha meraih apa saja seperti orang tenggelam di air.

Rusia dan Tiongkok juga muncul sebagai pilihan pembawa perdamaian dalam konflik-konflik global,  termasuk di Timur Tengah.

Di Timur Tengah, AS berkembang dalam kekacauan yang terus-menerus dengan mendukung tanpa syarat perang Israel di Palestina.

Washington praktis tidak menunjukkan dirinya menginginkan perdamaian abadi di Tanah Suci.

AS sebaliknya mendiskreditkan negara-negara yang bersikeras mendorong gencatan senjata dan menghentikan pertumpahan darah di Gaza.

Majelis Umum PBB secara tegas dan jelas menyatakan posisi masyarakat dunia. Sebanyak 121 anggota menyokong resolusi damai, dan hanya 14 yang menentang.

Dalam tahap ini, seperti bisa diketahui publik, Sekjen PBB justru jadi sasaran serangan, penganiayaan nyata, dan upaya untuk mendiskreditkannya.

Israel menuntut Sekjen PBB meletakkan jabatan karena dianggap mendukung Hamas.

AS sesungguhnya sudah terlampau jauh menyalahgunakan demokrasi, isu HAM, tata ekonomi global, dan situasi dunia yang sulit sekarang ini, untuk mempertahankan superioritasnya.

Warga berbelanja di sebuah supermarket Kroger di Cincinati, Amerika Serikat.
Warga berbelanja di sebuah supermarket Kroger di Cincinati, Amerika Serikat. (New York Times)

Sementara, tak banyak yang mengetahui betapa sesungguhnya sedang terjadi kemerosotan luar biasa di perekonomian AS.

Mimpi Amerika yang kerap jadi dambaan setiap orang, tidak seindah yang dibayangkan. Ada begitu banyak gambar dan video yang memperlihatkan kemerosotan ekonomi, politik, sosial, moral, budaya, di AS.

Demokrasi ala AS melahirkan begitu banyak kematian manusia tak bersalah, akibat kebebasan memiliki senjata api.

Peredaran dan konsumsi aneka narkoba menciptakan manusia-manusia seperti zombie atau mayat hidup di tepi-tepi jalan kota besar di negara itu. Satu di antaranya bisa dilihat secara telanjang di Kensington Avenue, Philadelphia.  

Di Suriah, militer AS hadir secara illegal di bagian utara negara yang kaya minyak itu. Begitu pula di Irak utara, sejumlah negara Afrika, serta pangkalan-pangkalan mereka di Eropa barat, utara, Asia dan Pasifik.

Di Jepang, Taiwan, dan Korea Selatan, militer AS juga ditempatkan dalam jumlah besar berikut mesin-mesin perangnya dari Armada VII Pasifik.

Kembalinya Rusia sebagai kekuatan global, serta Tiongkok yang sukses membangun diri dan tampil sebagai kekuatan terbesar kedua di dunia,  mulai mengubah peta politik internasional.

Kedua negara ini memiliki ciri, karakter, dan gaya yang berseberangan dengan AS. Kecuali Rusia yang beberapa kali menggunakan kekuatan militer untuk keperluan domestik regional, China sama sekali berbeda.

Beijing menggunakan pendekatan pembangunan ekonomi, sekaligus menaikkan pengaruh dan kekuatannya di bidang teknologi militer.

Proyek-proyek strategis China di Timur Tengah, benua Afrika, dan sebagian Asia, memiliki dampak signifikan menaikkan kemampuan negara-negara yang diajak kerjasama.

Gambar yang diambil pada tanggal 6 Maret 2020 ini menunjukkan pemandangan tentara dan kendaraan militer AS di pangkalan militer yang digunakan oleh pasukan yang merupakan bagian dari intervensi militer internasional melawan ISIS di Rmeilan di provinsi Hasakeh, timur laut Suriah.
Gambar yang diambil pada tanggal 6 Maret 2020 ini menunjukkan pemandangan tentara dan kendaraan militer AS di pangkalan militer yang digunakan oleh pasukan yang merupakan bagian dari intervensi militer internasional melawan ISIS di Rmeilan di provinsi Hasakeh, timur laut Suriah. (DELIL SOULEIMAN/AFP melalui Getty Images)

Ini sangat berbeda dengan apa yang selama berpuluh tahun dilakukan AS dan sekutu baratnya di berbagai benua. Sangat eksploitatif, menekan dan mengintimidasi, melahirkan imperialism dalam bentuk dan wajah baru.

Niger, belum lama ini mengejutkan dunia setelah terjadi kudeta militer. Rezim berkuasa mengusir Prancis, yang selama bertahun-tahun menguras uranium untuk kebutuhan pembangkit nuklir di negara itu.

Meski kaya uranium, kemiskinan adalah wajah yang sulit dihapus dari Niger dan negara-negara Afrika, yang kini bergerak mengubah orientasinya dari barat ke Tiongkok dan juga Rusia.

Venezuela di Amerika Selatan, termasuk negara yang terus dipersekusi lewat aksi-aksi politik ekonomi oleh Washington.

Negara sosialis yang amat kaya minyak itu sejak lama menolak tunduk pada Washington. Bahkan intelijen AS pernah mengirimkan regu pembunuh untuk memicu kudeta di Caracas.

Kini, dalam konteks bencana kemanusiaan di Palestina, peran dan posisi AS masih sangat menentukan. Dukungan tanpa syaratnya ke Israel, jelas menyulitkan jalan keluar.(Setya Krisna Sumarga/Editor Senior Tribun Network)

Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
berita POPULER
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas