Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Fakta-fakta Iran dan Potensi Serangan Langsung AS ke Negeri Mullah
Di tangan Qassem, pengaruh, jangkauan, dan mobilitas Iran jauh melampaui perbatasan. Kuku Iran menancap cukup kuat di Irak, Suriah, Lebanon, dan Yaman
Editor: Setya Krisna Sumarga
Biden dan para pendukungnya di Gedung Putih memiliki opsi menyerang Iran langsung karena risiko berat jika serangan diarahkan ke target di wilayah Irak.
Serangan itu akan meningkatkan sentiment negatif Irak, yang memang sudah tidak betah lagi kekuatan militer AS bercokol di negara itu.
Dalam konteks ini, seorang pakar politik kawasan di George Washington University, Prof Hossein Askari, menyebut serangan langsung AS ke Iran akan membuka kotak pandora.
Joe Biden jelas ada di posisi sangat sulit saat ini. Apapun yang dilakukannya akan memantik kritik, baik langkah keras maupun lunak terhadap Iran.
Berdiam diri akan mendatangkan tuduhan lawan politiknya dia dianggap terlalu lemah. Mengambil jalan kekerasan dia akan dianggap meningkatkan konflik.
Dari semua opsi yang ada, serangan langsung ke wilayah Iran hampir pasti akan memantik perang lebih besar di kawasan Timur Tengah, dengan hasil akhir yang lebih suram.
AS hanya akan memperoleh dukungan Israel saja, sementara kekuatan lain di Timur Tengah maupun sekutu baratnya pasti akan menahan diri.
Mereka semua tahu risikonya. Jika Biden membiarkan Israel bebas terjun dalam serangan itu, maka dapat dipastikan perang akbar akan pecah disertai nuansa perang agama.
Secara geopolitik Timur Tengah, Iran adalah pakar perang asimetris untuk saat ini. Mengembangkan produk tempur dalam negeri, mereka berani menghadapi kekuatan jauh lebih kuat dan modern.
Iran yang disandera embargo ekonomi, tetap mampu secara mandiri melawan kekuatan yang jauh lebih kaya, berjaringan luas, dan pastinya super power.
Perang asimetris secara sederhana didefinisikan perang tidak biasa mempertemukan dua kekuatan yang tidak seimbang.
Pihak yang lemah menggunakan semua sumber daya yang dimiliki, mencari cara terbaik melihat kelemahan lawan, dan memanfaatkannya untuk menyerang balik.
Iran, seperti telah disebutkan di awal tulisan ini, telah menancapkan pengaruh kuatnya di berbagai elemen masyarakat di negara sekitarnya.
Di Irak, Teheran memiliki hubungan sangat kuat dengan Popular Mobilization Forces (PMF), paramiliter Syiah Irak.