Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Dari Kampus Angker Menjadi Kampus Tingkat Dunia
Kehadiran Universitas Sebelas Maret di Surakarta ini merupakan salah satu sejarah dalam perjalanan perguruan tinggi di Indonesia.
Editor: Suut Amdani
Oleh: Prof. Dr. Bani Sudardi, Guru Besar Ilmu Budaya, Universitas Sebelas Maret
(Refleksi Dies Natalis UNS ke-48)
PADA hari Senin Pahing 11 Maret 2024, Universitas Sebelas Maret merayakan dies natalisnya yang ke-48.
Kehadiran Universitas Sebelas Maret di Surakarta ini merupakan salah satu sejarah dalam perjalanan perguruan tinggi di Indonesia.
Universitas yang berdiri di kota Solo atau Surakarta ini, sekarang telah menjadi universitas kelas dunia.
Menurut catatan WeboMatrix Januari 2024, UNS menduduki sebagai universitas rangking 1027 di dunia, ranking 278 di Asia, ranking 20 di Asia Tenggara, dan rangking 7 di Indonesia.
Kedudukan ini tentu bukan kedudukan yang sembarangan, diantara sekitar 20.000 universitas di seluruh dunia dan 4523 universitas di Indonesia.
Universitas Sebelas Maret dapat berdiri dan berprestasi berawal dari sebuah sejarah ketika beberapa universitas yang ada di Surakarta bersatu membentuk gabungan Universitas Surakarta yang kemudian disebut Universitas Gabungan Surakarta (UGS) yang kemudian diubah namanya menjadi Universitas Negeri Surakarta Sebelas Maret atau disingkat UNS.
Secara resmi, nama universitas ini dibacakan langsung oleh Presiden Soeharto pada tanggal 11 Maret 1976 di pagelaran keraton Surakarta Hadiningrat.
Selanjutnya, karena Universitas baru ini belum memiliki gedung yang representatif, maka kuliah diadakan di kampus Mesen dan kampus pagelaran Keraton Surakarta Hadiningrat.
Pada tahun 1977, kampus UNS di kentingan mulai dibangun.
Sekitar tahun 1982 pembangunan kampus baru tersebut sudah mendekati sempurna dan waktu itu merupakan salah satu kampus termegah dan terintegrasi di Indonesia dengan luas sekitar 60 hektar.
Bagi dosen dan mahasiswa yang bekerja pada tahun 1980-an di Kampus Kentingan, maka masih teringat bahwa kampus Kentingan termasuk kampus yang dianggap angker.
Maklum, kampus ini dibangun dari bekas bong (kuburan) orang China dan sebenarnya daerah tersebut termasuk daerah kumuh tempat tinggal para gepeng (gelandangan dan pengemis).