Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Misteri di Balik Pemandian Seliran Peninggalan Panembahan Senopati

Konon menurut cerita masyarakat setempat, mata air sendang ini muncul ketika Panembahan Senopati menancapkan tongkatnya di daerah itu.

Editor: Suut Amdani
zoom-in Misteri di Balik Pemandian Seliran Peninggalan Panembahan Senopati
Tribun Jogja/ Ahmad Syarifudin
Warga memadati komplek Sendang Seliran yang tengah dibersihkan. 

Pemandian seliran ini memiliki misteri. Konon menurut cerita masyarakat setempat, mata air sendang ini muncul ketika Panembahan Senopati menancapkan tongkatnya di daerah itu.

Penancapan tongkat itu dilakukan di Sendang Lanang yang sampai saat ini masih dapat ditemukan berbentuk sebuah sumur kecil di sebelah selatan sendang.

Sampai saat ini Sendang Seliran ini masih menyimpan misteri.

Misteri pertama adalah dari segi nama. Konon masyarakat sekitar mengartikan seliran ini dari kata selir.

Sendang Seliran dianggap sebagai tempat mandi para selir Kanjeng Panembahan Senopati.

Yang dimaksud demikian adalah Sendang Putri yang konon diperuntukkan mandi untuk kaum wanita.

Menurut buku berjudul Kota Gedhe yang ditulis oleh Djoko Soekiman (1992), Sendang Saliran ini berasal dari kata salira.

Berita Rekomendasi

Diceritakan bahwa Ki Ageng Pamanahan dan Panembahan Senapati dalam membangun sendang ini dikerjakan sendiri yang dalam bahasa Jawa disebut "disalirani.. Karena itu, sendang ini disebut sebagai Sendang Saliran.

Ada juga yang mengartikan Sendang ini sebagai tempat mandi atau untuk membersihkan diri. Diri dalam bahasa Jawa disebut juga dengan salira.

Menurut Djoko Soekiman, di Sendang Seliran ditemukan sebuah prasasti dalam bentuk candrasengkala yang berbunyi toya saliran sembahan jalmi merupakan simbol dari angka tahun Hijriyah 1284 atau 1867 Masehi.

Mungkin candra sengkala inilah nama dari sendang ini, yaitu saliran. Dalam tradisi Jawa, candra sengkala berkaitan dengan suasana yang terjadi, misalnya “sirna ilang kertaning bumi” simbol hilangnya kejayaan Majapahit dengan tahun saka 1400 atau 1478 Masehi.

Kalimat “toya saliran sembahan jalmi” dapat diartikan sebagai “air untuk membersihkan diri milik orang yang disembah manusia, yaitu Raja”.

Bisa juga diartikan sebagai “air untuk membersihkan diri dalam rangka manusia akan menyembah”.

Candra sengkala itu sekaligus menjelaskan fungsi Sendang Seliran sebagai tempat membersihkan diri Panembahan Senapati atau tempat membersihkan diri ketika akan menyembah, yaitu ke masjid.

Halaman
123
Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
Berita Populer
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas