Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Pintarnya Strategi Iran Merebus Katak Israel dan Amerika di Timur Tengah
Iran memilih perang asimetris melawan hegemoni AS dan Israel, lewat strategi merebus katak dalam panci di Timur Tengah.
Editor: Setya Krisna Sumarga
Perubahan suhu satu derajat pada suatu waktu terjadi secara bertahap sehingga katak tidak menyadari ia sedang direbus hingga semuanya terlambat.
Kisah inilah yang menginspirasi para ahli politik dan peperangan untuk menggambarkan permainan panjang dalam mencapai tujuan strategis.
Iran mengaku atau tidak, tengah menjalankan strategi ini di Kawasan Timur Tengah. Menghadapi kekutan yang berlipat kuatnya, perang asimetris adalah pilihan terbaik.
Di Asia Barat, Iran selama bertahun-tahun terakhir mengkondisikan berbagai situasi yang bisa membuat 'katak' AS dan Israel mendidih di kuali kawasan hingga nantinya mati.
Dimulai ketika kelompok Hamas Palestina meluncurkan operasi Banjir Al Aqsa 7 Oktober 2023, Israel menyiapkan serangan balasan.
Bersamaan itu, militer AS menyiagakan dan lalu mengirimkan armada militer terkuatnya untuk melindungi Israel.
Presiden AS Joe Biden memerintahkan armada kapal induk USS Eisenhower dan USS Gerard Ford berlayar ke Laut Mediterania dan Teluk Persia.
Pada 26 November 2023, USS Eisenhower dan pengawalnya berlayar melalui Selat Hormuz, berlabuh di Teluk Persia di sisi Arab Saudi.
Pasukan angkatan laut Yaman yang bersekutu dengan kelompok Ansarallah Houthi awalnya menargetkan kapal-kapal Israel dan Pelabuhan Eilat dengan tembakan pertama mereka pada 19 Oktober.
Namun pada 29 November 2023, serangan mereka meningkat hingga mencakup kapal-kapal yang menuju atau dari Eilat, terlepas dari bendera atau kepemilikannya.
Pola ini memuncak pada pengumuman Pentagon tentang "Operasi Penjaga Kemakmuran" pada 18 Desember 2023.
Operasi ini bermaksud menjaga kepentingan ekonomi Israel yang jalur ekonomi lauatnya sangat tergantung di rute Teluk Aden dan Selat Hormuz.
Armada USS Eisenhower dan pengawal angkatan lautnya dipindahkan dari Teluk Persia ke Laut Merah dan Teluk Aden, sebagai langkah lanjut strategi mereka.
Tapi risikonya armada Angkatan Laut AS di Laut Merah dan Teluk Aden menjadi sangat rentan potensi langsung Houthi yang dipasok Iran.