Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Hak Veto, Nasib Palestina di PBB, dan Unjuk Hipokrisi Barat
AS memveto usul resolusi penerimaan Palestina sebagai anggota tetap PBB pada sidang Dewan Keamanan PBB, Jumat (19/4/2024).
Editor: Setya Krisna Sumarga
Brutalnya serbuan Israel itu juga menghancurkan masjid, gereja, rumah sakit, sekolah, fasilitas PBB, menewaskan ratusan jurnalis dan pekerja kemanusiaan asing.
Gempuran Israel ke Gaza, Tepi Barat, maupun ke Lebanon hingga hari ini belum berhenti. Bahkan Israel menyiapkan serangan besar ke wilayah Rafah di perbatasan Gaza-Mesir.
Atas veto AS, pihak Palestina mengecam Keputusan Washington itu.
Kantor pemimpin Otoritas Palestina yang dipimpin Mahmoud Abbas menyebut veto AS itu agresi terang-terangan yang mendorong kawasan ini semakin jauh ke tepi jurang yang dalam.
“Fakta resolusi ini tidak disahkan tidak akan mematahkan keinginan kami, dan tidak akan menggagalkan tekad kami,” kata Duta Besar Palestina untuk PBB, Riyad Mansour.
“Kami tidak akan berhenti dalam upaya kami. Negara Palestina tidak bisa dihindari. Itu nyata,” katanya.
“Harap diingat bahwa setelah sidang ini ditunda, di Palestina, ada orang-orang tak berdosa yang harus mengorbankan nyawa mereka,” lanjutnya.
Amar Bendjama, Duta Besar Aljazair untuk PBB, pihak yang memperkenalkan rancangan resolusi itu mengingatkan warga dunia.
Dukungan luar biasa untuk Palestina mengirimkan pesan yang sangat jelas, Palestina adalah bagian dari negara anggota penuh PBB. Dukungan untuk mereka akan lebih kuat dan lebih vocal.
Sekali lagi, sikap AS yang menentang resolusi keanggotaan tetap Palestina di PBB mencerminkan sikap hipokrit negara ini dalam urusan global.
Semakin mudah menemukan posisi AS dalam segala urusan terkait Israel. Dalam kasus Israel-Iran, posisi Washington juga demikian telanjang.
Ketika fakta di Gaza membelalakkan mata warga dunia, Gedung Putih bersikap pasif, acuh, dan bahkan meremehkan.
Serangan Israel darat, laut, dan udara menimbulkan kerusakan sedemikian dahsyat. Bencana kemanusiaan terpampang nyata.
Israel tidak lagi berusaha melawan Hamas, tapi seperti yang sudah-sudah, mereka ingin menghancurkan Palestina sebagai sebuah bangsa maupun negara.