Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Benarkah Heli Presiden Iran Ebrahim Raesi Murni Kecelakaan Udara?
Helikopter yang ditumpangi Presiden Iran Ebrahim Raesi dan Menlu Iran Hossein Amirabdollahian, mengalami kecelakaan Minggu (19/5/2024).
Editor: Setya Krisna Sumarga
Lebih luas lagi, titik ini bisa jadi efek dari pertikaian politik militer antara AS/Eropa dan Rusia serta China.
Dalam konteks perang Ukraina, Rusia saat ini jauh berada di atas angin. Dukungan besar AS/Eropa ke Ukraina tidak berdampak banyak.
Kekalahan demi kekalahan diderita Kiev, dan pemerintah Presiden Volodymir Zelensky semakin terjepit secara domestik maupun dari eksternal.
Karena itu perlu sebuah pemicu atau pemantik baru untuk mengurangi superioritas Rusia, lewat cara melemahkan relasi dekatnya, yaitu Iran.
Di sisi lain, kecaman hebat dunia internasional atas kekejian Israel di Jalur Gaza, juga memerlukan spot baru untuk mengalihkan perhatian masyarakat.
Caranya, memantik kejadian di Iran yang bisa mendapatkan dua efek sekaligus. Pengalihan perhatian publik dari Gaza, sekaligus melemahkan soliditas Iran.
Apakah skenario seperti ini akan efektif, jika benar-benar dilakukan agen-agen dan kekuatan asing musuh Iran?
Rasanya akan sangat sulit mengingat Iran sama sekali tidak tergantung pada figur presidennya. Siapapun presidennya, Iran telah mampu melampaui masa-masa sulit.
Artinya, bukan figur presiden yang menentukan perjalanan bangsa Iran. Mungkin setiap presiden punya gaya dan karakter berbeda.
Tapi mereka selalu dipersatukan oleh cita-cita sama sebagai hasil Revolusi Iran yang mendongkel rezim probarat Shah Reza Pahlevi pada era 70an.
Lebih dari itu, pemimpin tertinggi Republik Islam Iran, Ayatollah Khamenei, menjadi pemersatu bangsa Iran.
Sejarah, tradisi, kultur, dan keyakinan masyarakat Syiah Iran telah berurat akar. Ini kekuatan yang kerap tidak diperhitungkan kekuatan barat.
Kekuatan dan pengaruh yang selalu dibenturkan dengan kutub lain, Sunni Arab, dan sebagian berhasil memecahbelah kekuatan Islam di Timur Tengah.
Sebagian di Asia dan Afrika merasakan dampak kapitalisasi isu Syiah vs Sunni ini. Di Indonesia, efek kapitalisasi isu ini sudah terbukti beberapa berakhir sangat buruk.
Tentu saja, harapan terbaik adalah kabar keselamatan Presiden Iran Ebrahim Raisi dan Menlu Iran Hossein Amirabdollahian.
Bagaimanapun, kemungkinan peristiwa tragis ini murni laka udara juga amat sangat terbuka. Embargo barat membuat Iran susah mendapatkan pesawat dan helikopter modern.
Potensi dan tingkat kerawanan penggunaan armada udara di Iran menjadi sangat tinggi karena akses terbatas terhadap suku cadang dan perawatannya.
Sekali lagi, respon cepat Rusia, Turki, mungkin juga menyusul China, semakin menunjukkan betapa dunia ini butuh atmosfer jauh lebih positif daripada sekarang.
Dunia multipolar, yang satu sama lain saling memahami, tolong menolong, yangkuat tidak mempersekusi yang lemah.
Kehidupan global, yang setiap bangsa dan negara memiliki hak sama tumbuh berkembang dengan potensi dan kekuatan masing-masing.(Setya Krisna Sumarga/Editor Senior Tribun Network)