Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Bernalar Berdaya x Neo Historia: Kolaborasi Narasi dan Literasi Hidupkan Sejarah
Acara kolaborasi antara Muda Berdaya dan Neo Historia mengusung tema 'Belajar, Sejarah, Masa Depan Cerah'.
Editor: Brand Creative Writer
Beliau juga menekankan bahwa fenomena sejarah cenderung berulang dan pentingnya mempelajari sejarah untuk menganalisis kesalahan masa lalu.
"Harus pro kepada kebajikan," ujar Guru Gembul mengajak peserta untuk fokus pada ide-ide di balik peristiwa sejarah, bukan hanya tokohnya, untuk menghindari pengulangan kesalahan yang sama.
Menghadirkan Perspektif Baru tentang Sejarah di Ruang Dialektika
Dalam sesi “Ruang Dialektika” yang dipandu oleh Stevie Thomas dari MudaBerdaya, dengan narasumber Dr. Bondan Kanumoyoso dan San Tobias dari Pinter Politik.
Membuka diskusi dengan pembahasan terkait "Urgensi Menguak Sejarah," dengan mengangkat diskusi terkait topik peristiwa G30S yang selama ini menjadi isu utama dalam sejarah kebangsaan.
Dr. Bondan menekankan bahwa kita tidak boleh membatasi pembahasan sejarah hanya pada satu perspektif dan satu narasi saja yang seolah-olah membuat peristiwa tersebut adalah yang paling krusial, karena sebenarnya banyak peristiwa sejarah lain yang juga penting dan jangan sampai terlupakan.
Sementara itu, San Tobias menyoroti pentingnya menghilangkan dugaan tak berdasar dalam memahami sejarah, kita belajar sejarah bukan untuk terjebak di masa lalu tetapi agar kedepannya kita bisa menghindari kesalahan yang dilakukan di masa lalu.
Pada topik kedua, "Pribumi, Makna & Relevansinya," Dr. Bondan berpendapat bahwa istilah "Pribumi" tidak relevan lagi, karena semua etnis di Indonesia hidup berinteraksi dan bersatu dalam identitas bangsa Indonesia.
San Tobias juga menambahkan bahwa istilah "Pribumi" sebaiknya diganti dengan "orang Indonesia" untuk mencerminkan identitas yang sesuai dengan semangat sumpah pemuda.
Menjelajahi Mitos dalam Sejarah
Dalam dua sesi terakhir, peserta yang hadir diajak untuk menggali mitos dan legenda yang melekat pada masyarakat Indonesia.
Fajar Aditya memaparkan mengenai mitos Gunung Kemukus, yang mengisahkan bagaimana mitos dapat mempengaruhi pola sosial dan ekonomi masyarakat.
Fajar menjelaskan bahwa meskipun era teknologi telah maju, mitos seperti "pohon keramat" atau "Nyi Roro Kidul" masih memiliki dampak besar. Mitos juga telah menjadi bagian dari struktur kebudayaan setempat.
Fajar memaparkan bahwa mitos sengaja dipertahankan untuk alasan tertentu seperti motif ekonomi, dengan menarik peziarah dan mendukung bisnis penginapan lokal. Melalui mitos, kita bisa belajar banyak tentang pola sosial dan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat.
Sesi ditutup oleh Hanafi Wibowo dari Neo Historia yang membahas tentang "Genderuwo: Hantu yang Tak Lekang oleh Zaman."
Hanafi menjelaskan bagaimana genderuwo, entitas mistis yang telah ada sejak era Hindu-Buddha, menjadi bagian dari kebudayaan dan politik Indonesia.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya
A member of
Follow our mission at sustainabilityimpactconsortium.asia