Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Benvenuto Papa Francesco, Kami Ditampar karena Kehadiranmu

Paus Fransiskus percaya di tengah-tengah dunia yang sering kali terpecah belah oleh konflik, dialog adalah jembatan yang menghubungkan perbedaan

Editor: Eko Sutriyanto
zoom-in Benvenuto Papa Francesco, Kami Ditampar karena Kehadiranmu
Istimewa
Alexander Philiph  Sitinjak, auditor di Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, dan sekarang aktif di Departemen Politik dan Hubungan Antar Lembaga Presidium Pusat Ikatan Sarjana Katolik, Ketua Bidang Lintas Iman Perkumpulan Alumni Margasiswa Republik Indonesia, Dewan Pertimbangan PMKRI Cabang Bogor dan pernah menjadi Wakil Sekretaris Lembaga Pengkajian Kebijakan Publik Pengurus Pusat Pemuda Katolik 2018-2021 

Oleh : Alexander Philiph  Sitinjak

Auditor di Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, dan sekarang aktif di Departemen Politik dan Hubungan Antar Lembaga Presidium Pusat Ikatan Sarjana Katolik, Ketua Bidang Lintas Iman Perkumpulan Alumni Margasiswa Republik Indonesia

KETIKA Jorge Mario Bergoglio pertama kali melangkahkan kakinya ke balkon Basilika Santo Petrus pada malam 13 Maret 2013, dunia menyaksikan kehadiran seorang Paus baru yang tidak hanya sederhana dalam penampilannya tetapi juga membawa pesan perubahan mendalam dengan senyuman hangat dan pandangan penuh kasih.

Terpilih sebagai Paus Fransiskus, ia mengambil nama dari Santo Fransiskus dari Assisi, simbol kerendahan hati dan cinta pada alam. Pilihan nama ini mencerminkan visinya akan Gereja yang lebih dekat dengan orang miskin, lebih peduli terhadap lingkungan, dan lebih terbuka untuk berdialog dengan dunia.

Lahir di Buenos Aires, Argentina, pada 17 Desember 1936, Paus Fransiskus tumbuh dalam lingkungan sederhana, anak dari keluarga imigran Italia.

Sebagai seorang anak muda, ia bekerja paruh waktu untuk membantu memenuhi kebutuhan keluarganya. Pengalaman ini membentuk pandangan hidupnya yang sederhana dan membumi.

Memasuki Serikat Yesus (Jesuit), ia ditahbiskan sebagai imam pada tahun 1969 dan mengabdikan dirinya untuk melayani masyarakat.

Baca juga: Di Jakarta, Paus Fransiskus Akan Kunjungi Beberapa Tempat, dari Istana Negara hingga GBK

Berita Rekomendasi

Saat menjadi Uskup Agung Buenos Aires, ia dikenal sebagai "Uskup dari pinggiran," yang memilih hidup sederhana dan sering terlihat menggunakan transportasi umum.

Sebagai seorang uskup, Paus Fransiskus sering terlihat berjalan kaki di kota, menggunakan transportasi umum, dan tinggal di apartemen sederhana daripada di kediaman uskup resmi.

Sikap ini bukan hanya simbol; ia adalah perwujudan dari iman yang hidup dan bekerja.

Ia memahami bahwa seorang pemimpin spiritual harus menjadi teladan, tidak hanya dalam kata-kata tetapi juga dalam tindakan sehari-hari.

Kepeduliannya terhadap orang miskin bukan hanya sekadar retorika, tetapi ia wujudkan dengan turun langsung ke jalan-jalan, mengunjungi kawasan kumuh, dan berinteraksi dengan mereka yang terpinggirkan.

Paus Fransiskus membawa semangat ini ke panggung dunia.

Ia berulang kali mengecam ketidakadilan ekonomi dan menyuarakan keprihatinannya terhadap ketimpangan sosial yang semakin lebar.

Halaman
1234
Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
Berita Populer
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas