Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Jejak Hitam Imperialisme dan Kolonialisme Inggris-Prancis di Afrika
Selain Burkina Faso, Mali dan Niger menjadi negara lain di Afrika yang bertekad membangun kembali lepas dari bayang-bayang koloni mereka; Prancis.
Editor: Setya Krisna Sumarga
TRIBUNNEWS.COM, YOGYA – Cucu Nelson Mandela, Nkosi Zwelivelile Mandela, mengutuk kemunafikan yang berkembang di AS terhadap kebebasan berbicara.
“Retorika yang datang dari AS sama dengan yang telah kita saksikan di Palestina yang diduduki dengan Al Jazeera yang telah dilarang dan diusir dari Palestina,” kata Nkosi Mandela.
“Anda hari ini menyaksikan kemunafikan yang sama di AS di mana RT (Russia Today) menjadi sasaran pelarangan yang sama seperti yang telah disaksikan Al Jazeera,” imbuhnya.
Di Burkina Faso, Kapten Ibrahim Traore sukses merebut kekuasaan pada 30 September 2022.
Tokoh Burkinabe itu mendepak sang Presiden, dan kemudian menendang keluar militer Prancis, negara penjajah Burkina Faso dari negaranya.
Dalam pidatonya di KTT Rusia-Afrika 2023 di Moskow, Traore mengecam para pemimpin Afrika yang disebutnya selalu mengemis ke negara-negara barat.
Para pemimpin itu menurut Traore juga mengamplifikasi retorika imperialis dengan menyebut para pejuang nasional sebagai kelompok milisi bersenjata.
Baca juga: Kudeta Niger: Prancis Siapkan Evakuasi, Burkina Faso dan Mali Dukung Penguasa Militer
Baca juga: Berani Usir Ratusan Tentara AS dari Niger, Ini Sosok Jenderal Omar Tchiani?
Baca juga: Mali Perintahkan Duta Besar Swedia Hengkang dalam Waktu 3 Hari
Pernyataan dua tokoh ini cukup mewakili dunia baru benua Afrika, yang ingin melepaskan diri dari neolokolonialisme dan neoimperialisme barat.
Selain Burkina Faso, Mali dan Niger menjadi negara lain di Afrika yang bertekad membangun kembali lepas dari bayang-bayang koloni mereka; Prancis.
Tak hanya Prancis, Inggris dan Belanda punya jejak kuat kolonialisme dan imperialisme di Afrika sejak berabad-abad lalu.
Kemakmuran nyata didapat negara-negara Eropa, dengan cara menghisap kekayaan alam koloninya. Prancis, hingga saat ini menikmati uranium untuk setiap nyala listrik di negaranya dari Niger.
Tapi rakyat di benua Afrika menjadi bagian paling miskin di planet ini. Sebagian hidup terbelakang, dan terus di posisi terburuk dalam semua segmen kehidupan manusia di dunia ini.
Jejak kolonialisme di Afrika sungguh menggambarkan gambaran pahit eksploitasi sosial ekonomi dan penindasan politik, dan inti dari semua itu adalah Inggris dan Prancis.
Negara-negara ini menjalankan sistem pemerintahan kolonial yang berbeda namun serupa.