Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Operasi Bom Pager Lebanon dan Kejahatan Perang Israel
Setidaknya 20 orang tewas dan mendekati 3.000 orang lainnya luka ringan hingga berat di seantero Lebanon sejak Selasa (17/9/2024).
Editor: Setya Krisna Sumarga
Tapi dilihat dari jumlah kasus dan korban yang mencapai 3.000 orang, ini perangkat yang tidak secara khusus atau terbatas dimiliki anggota penting Hizbullah.
Secara dampak, bom beeper ini mungkin tidak akan signifikan meredakan perlawanan Hizbullah ke Israel.
Namun hal pertama yang akan dilakukan, Hizbullah akan mengadaptasi saluran komunikasi jadul, yang ternyata telah diendus pihak Israel.
Israel menghadapi perlawanan Hizbullah Lebanon sejak lama, dan tidak ada tanda-tanda berakhir meski pernah berkobar perang besar pada tahun 2006.
Dua tentara Israel diculik, delapan lainnya terbunuh dalam penyergapan di wilayah perbatasan Israel Utara dan Lebanon Selatan.
Selama 34 hari, pasukan Israel membombardir Lebanon dan basis Hizbullah, meninggalkan kehancuran di mana-mana.
Perang berakhir lewat mediasi PBB, menciptakan zona penyangga di Lebanon Selatan yang dijaga pasukan PBB hingga hari ini.
Hizbullah tidak hancur, tapi sejak itu justru malah meningkatkan kemampuan dan atau kapabilitas militernya atas sponsor Iran.
Hingga saat ini, dan menurut perkiraan, milisi Syiah Lebanon itu menguasai lebih dari 200.000 roket dan rudal.
Sebanyak 5.000 di antaranya rudal jarak jauh, yang mampu menghantam area hingga 700 km dari lokasi peluncurannya.
Lima ribu sisanya roket jarak menengah yang mampu terbang hingga 200 km, 65.000 adalah roket jarak pendek dengan jangkauan hingga 80 km, sedangkan 150.000 adalah mortir.
Hizbullah juga memiliki ratusan rudal antitank, antikapal, dan antipesawat, ditambah 2.500 pesawat tanpa awak dan sistem terowongan lebih dalam daripada yang digunakan Hamas di Gaza.
Sementara kekuatan personilnya ada 50.000 kombatan reguler dan 50.000 cadangan, keduanya terlatih baik dan diperlengkapi senjata.
Hizbullah mampu mencapai kekuatan ini karena Israel membiarkannya sejak perang tahun 2006 disudahi, dan meremehkan kontribusi Teheran ke kelompok ini.
Hizbullah Lebanon bagaimanapun adalah potensi perlawanan hebat atas Israel, yang selama berbulan-bulan terakhir menghancurleburkan Gaza.
Militer Israel memiliki opsi membuka front pertempuran baru di utara, karena itu satu-satunya jalan bagi mereka mengamankan wilayah pendudukan yang dihuni puluhan ribu warganya yang kini mengungsi.
Perang Israel-Hizbullah diprediksi akan berlangsung dahsyat dan mematikan jika pihak Israel benar-benar meluncurkan pertempuran total.
Konflik ini bisa menyeret kawasan itu menjadi medan perang regional yang menghancurkan. Karena itu Amerika Serikat berusaha sekuat tenaga mencegahnya.
Washington melihat bahaya lain, jika Iran memanfaatkan momen itu, menjadikan Hizbullah sebagai proksi guna menghabisi negara Israel.(Tribunnews.com/Setya Krisna Sumarga)