Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Lucu, Pasukan Bawah Tanah versus Pentas Si Manis Jembatan Merah Teater Indonesia Kita di TIM

Pasukan Bawah Tanah mendadak muncul dan melaporkan Roy Suryo ke Bareskrim Polri atas penghinaan lambang negara.

Editor: Dewi Agustina
zoom-in Lucu, Pasukan Bawah Tanah versus Pentas Si Manis Jembatan Merah Teater Indonesia Kita di TIM
Kolase Tribunnews/net
Tanggapan pakar telematika, Roy Suryo setelah dilaporkan ke Mabes Polri karena ungkap Fufufafa. 

Oleh : Dr. KRMT Roy Suryo, M.Kes 
Pemerhati Telematika, Multimedia, AI & OCB Independen

KEMARIN, Jumat (27/9/2024) saya mendapat kabar lucu dari rekan-rekan media bahwa katanya ada Pasukan yang sudah bau tanah, alias "Pasukan Bawah Tanah (Pusbata)" mendadak muncul dan menampakkan diri ke atas permukaan tanah, menuju Bareskrim Polri untuk membuat laporan terhadap saya atas "Penghinaan Lambang Negara (?)" 

Lucu? Ya Lucu, karena Pusbata dalam keterangannya menyebut bahwa Lambang Negara yang dimaksud adalah Gibran Rakabuming Raka (GRR) yang sampai saat ini juga belum dilantik menjadi Wakil Presiden.

Sebenarnya kalau Pusbata itu mau sedikit saja belajar referensi yang benar, tentu sikapnya tidak lucu alias memalukan seperti di atas. 

Karena ketentuan mengenai Bendera, Bahasa, dan Lambang negara, serta Lagu kebangsaan Indonesia diatur dalam Pasal 36, Pasal 36A, Pasal 36B, dan Pasal 36C UUD 1945.

Detailnya di Pasal 36A UUD 1945 itulah dinyatakan bahwa Lambang negara adalah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika, serta diatur juga dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa dan Lambang negara serta Lagu Kebangsaan.

Saya terus terang auto-senyum mendengar upaya pelaporan ini, karena selain yang (katanya) dilaporkan adalah soal "Lambang Negara" GRR tersebut, juga mereka mempertanyakan angka kesimpulan 99,9 persen yang memastikan bahwa akun yang terbukti kerap melontarkan hate-speech terhadap berbagai tokoh seperti Prabowo Subianto dan keluarganya, SBY, Megawati, Anies Baswedan hingga Kelompok 212, kemudian melakukan pelecehan artis wanita seperti Syahrini, Wanda Hamidah, Rachel Maryam dsb (total ada sekitar 11 artis), akses ke puluhan situs porno baik dalam negeri maupun ke luar negeri, bahkan menyinggung soal SARA tersebut adalah GRR.

Berita Rekomendasi

PasBata kemarin juga kabarnya membuat laporan tentang Pencemaran Nama baik dan Kabar Bohong (?), namun karena legal-standingnya tidak jelas karena seharusnya GRR, kalau memang dia yang merasa namanya dicemarkan, maka dia sendirilah yang seharusnya melapor dan tidak sok (menyuruh) diwakilkan oleh "tukang lopar-lapor" sekelas PasBata itu. 

Lucunya juga sampai tulisan ini dibuat belum ada satu media pun yang berhasil mendapatkan Nomor LP serta rincian pasal-pasal yang dilaporkannya karena konon tidak ditunjukkannya, maka saya pun saat ini masih merasa belum perlu bersikap selain hanya senyum senyum saja.

Menariknya, seperti sudah diatur dari Atas (sesungguhnya, bukan sekadar Atas tanah apalagi bawah tanah), Jumat malam kemarin adalah hari pertama pertunjukan ke-42 Teater Indonesia Kita dengan Lakon "Si Manis Jembatan Merah" karya Agus Noor dan Joind Bayuwinanda. 

Bertempat di Teater Besar Taman Ismail Marzuki (TIM), pertunjukan seni yang didasari oleh kegelisahan akan nilai-nilai berbangsa dan bernegara, namun tetap didasari tema dan semangat nasionalis ini mengangkat judul yang menggiring para penonton untuk membayangkan akan mendapatkan sajian cerita horor.

Dimainkan oleh para aktor dan aktris andalan Indonesia Kita, yaitu Butet Kartaredjasa, Cak Lontong, Akbar Kobar, Abdel Achrian, Inaya Wahid, Sha Ine Febriyanti, Bude Sumiarsih, Marwoto, Susilo Nugroho, Joened, dan Wisben. 

Pertunjukan semalam diiringi musik dari Orkes Sinten Remen yang dulu dipopulerkan oleh Alm Djaduk Ferianto dan dimeriahkan oleh para penari dari DvK Art Movement. 

Pertunjukan teater ini mengisahkan keberadaan sebuah jembatan di suatu kota yang memiliki nilai sejarah penting bagi penduduk di situ. 

Halaman
12
Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
Berita Populer
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas