Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Inklusivitas dalam Setetes Air
Permasalahan sumberdaya air (SDA) di pulau kecil menjadi isu kritis karena keterbatasan sumberdaya alam berupa sumber air tawar
Editor: Dodi Esvandi
Pendekatan GEDSI mendukung keterlibatan aktif penyandang disabilitas dalam proses-proses membangun kapasitas formal dan informal, guna memastikan bahwa perspektif mereka diakomodasi dalam kebijakan yang diambil.
Salah satu tata kelola lokal ini adalah sistem irigasi Subak di Bali, yakni sistem pengelolaan air tradisional yang melibatkan seluruh anggota komunitas dalam perencanaan dan pengelolaan sumber air irigasi.
Dengan prinsip demokratis dan kolektif, Subak menjadi model tata kelola air yang berbasis nilai sosial dan lingkungan. Sistem ini menjaga distribusi air yang merata, memperhatikan keberlanjutan lingkungan dan berkontribusi terhadap konservasi budaya lokal.
Solusi yang relevan lain untuk wilayah bercurah hujan musiman atau wilayah dengan sumber air tawar terbatas adalah sistem pemanenan air hujan. Dengan teknologi sederhana, penyimpan air hujan dilakukan untuk keperluan harian seperti minum, memasak, mencuci, dan irigasi.
Baca juga: Investasi Masa Depan yang Lebih Sehat, Telkom Salurkan Bantuan Sanitasi Air Bersih
Beberapa program tata kelola air juga fokus pada pemulihan dan perlindungan SDA alamiah sehingga mendukung keseimbangan ekologis sekaligus meningkatkan pasokan air yang berkelanjutan bagi komunitas.
Salah satu contohnya adalah restorasi Danau Faunil di Tual, Maluku Yang melibatkan masyarakat lokal dalam pemulihan dan perlindungan danau sebagai SDA bersih. Kegiatan ini mencakup pemulihan kualitas air, restorasi kawasan danau, serta pengelolaan partisipatif untuk ketersediaan air bagi generasi mendatang.
Teknologi dan Kebijaksanaan
Tidak bisa dimungkiri program pengelolaan air membutuhkan sentuhan teknologi inklusif (aplikasi ponsel cerdas, sensor, atau jaringan IoT) yang memastikan bahwa air dapat dikelola secara lebih efisien dan inklusif.
Salah satu program yang relevan misalnya aplikasi WaterForAll di Afrika Sub-Sahara, untuk memantau, melaporkan ketersediaan air bersih di wilayah mereka, memberikan informasi terkait kebijakan air lokal dan memungkinkan kelompokrentan untuk berpartisipasi dalam pelaporan masalah air.
Ada pula konservasi air melalui teknologi hemat air dalam rumah tangga, pertanian dan industri dapat mengurangi tekanan terhadap SDA, serta meningkatkan efisiensi dalam penggunaan air di sektor yang rakus air.
Kampanye edukasi dan penyadaran publik tentang hemat air adalah kunci untuk menciptakan budaya penggunaan air yang efisien melalui sekolah, komunitas lokal hingga pelibatan sektor swasta (inisiatif Corporate Social Responsibility) untuk berkolaborasi dalam mengurangi penggunaan air berlebihan.
Satu contoh kegiatan yang berhasil adalah program hemat air Water Conservation Awareness Campaign di Australia ketika negara itu mengalami periode kekeringan parah.
Terdapat juga solusi berbasis alam (nature-based solutions) seperti membangun ruang terbuka hijau dan taman kota untuk menyerap air hujan secara alami, misalnya Taman Kota Multifungsi di Rotterdam, Belanda sebagai taman kota dan sebagai penampung air hujan untuk mencegah banjir.
Menariknya air yang ditampung itu digunakan untuk penyiram taman selama musim kering, yang menunjukkan bahwa tata kelola air berbasis ekosistem dapat berfungsi ganda dalam mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.