Tanggapan Din Syamsuddin atas Keterpilihan Suami-Istri di Puncak Pimpinan
Pada awal-awal berdirinya Muhammadiyah dan Aisyiyah pernah dipimpin oleh sepasang suami-istri.
Editor: Mohamad Yoenus
Laporan Wartawan Tribun Timur, Hasim Arfah
TRIBUNNEWS.COM, MAKASSAR - Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof Dr Din Syamsuddin memberikan tanggapan setelah pasangan suami-istri, Ketua PP Muhammadiyah terpilih, Dr Haedar Nashir dan Ketua Umum PP Aisyiyah, Nurjannah Djohantini meraih suara terbesar pada pemilihan 13 calon Ketua PP Muhammadiyah dan Aisyiyah.
Haedar Nashir mengalahkan suara Prof Yunahar Ilyas yang berada di urutan kedua dengan selisih tipis 19 suara.
Sedangkan Nurjannah memimpin perolehan suara pemilihan Ketua Umum Aisyiyah di Balai Manunggal dengan suara 1.480, terpaut jauh dari pesaing terdekatnya Dyah Siti Nur'aini.
Menanggapi hal tersebut, Ketua Umum PP Muhammadiyah periode 2015-2020 Din Syamsuddin menilai hal tersebut tidak menjadi masalah.
Menurutnya, jika hal tersebut merupakan kehendak muktamirun dan muktamirat, maka tidak menjadi masalah.
"Saya kira tidak masalah, kalau itu sudah merupakan pilihan dari muktamirun dan muktamirat. Di Muhammadiyah, pak Haedar Nashir. Kemudian di Aisyiyah, ibu Noordjanah. Kalau itu adalah kehendak muktamar, maka tidak ada masalah, tidak perlu dipermasalahkan," ujar Din saat konferensi pers di Gedung Rektorat Universitas Muhammadiyah Makassar, Kamis (6/8/2015).
Secara historis, kata Din, pada awal-awal berdirinya Muhammadiyah dan Aisyiyah pernah dipimpin oleh sepasang suami-istri, yakni Kiai Ahmad Dahlan pimpin Muhammadiyah dan Nyai Siti Walidah.
"Tentu kondisi seperti ini ada dimensi positif dan negatifnya, tapi terlepas dari itu, inilah hasil muktamar, tinggal bagaimana pengaturan waktu dr suami istri," ujarnya.
Menurut Din, jika Muhammadiyah-Aisyiyah dipimpin oleh suami-istri, sepertinya masalah-masalah bisa diselesaikan di rumah.
Namun, negatifnya, lanjut dia, bisa menimbulkan masalah bagi anak-anak kalau bapak-ibunya sering keluar rumah untuk ikut pertemuan. (*)