Perankan Cut Nyak Dhien, Ine Febriyanti Tak Kuasa Menahan Air Mata
Kisah perjuangan Pahlawan asal bumi Serambi Mekah tersebut dipentaskan oleh Ine sekitar satu jam.
Penulis: Lendy Ramadhan
Editor: Mohamad Yoenus
Laporan Wartawan Tribunnews, Lendy Ramadhan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dalam perayaan Hari Kesaktian Pancasila yang digelar di Taman Ismail Marzuki, Jl Cikini Raya, Jakarta Pusat, Rabu (30/9/2015) malam, aktris Ine Febrianti pentaskan monolog tentang Pahlawan Cut Nyak Dhien.
Kisah perjuangan Pahlawan asal bumi Serambi Mekah tersebut dipentaskan oleh Ine sekitar satu jam.
Diiringi alat musik Selo, ia menitikkan air mata ketika alur cerita sampai ke bagian kematian suami sang pahlawan, Tengku Ibrahim dan Teuku Umar.
"Dua-duanya sih aku sedih, dua-duanya pas dia mati, Nangis lah gue," ucapnya kepada para awak media ketika dikonfirmasi adegan sedih dalam monolog itu, seusai acara tersebut.
Ia mengakui, kesulitan untuk memerankan peran Cut Nyak Dhien dalam monolog itu, karena bukan orang Aceh dan belum pernah menginjak tanah Rencong tersebut.
Selain itu, keagungan sang pahlawan perempuan itu sulit untuk ditiru.
Rencannya monolog tersebut akan dipentaskan olehnya di Leiden, Belanda dan di Aceh, dengan garapan artistik yang lebih menarik.
Monolog tersebut mengisahkan tentang perjalanan hidup Pahlawan Perang Perampuan Aceh, Cut Nyak Dhien, yang menikah dengan panglima perang Tngku Ibrahim dan Teuku Umar.
Cut Nyak Dhien kehilangan suami pertamanya Tengku Ibrahim, karena terbunuh dalam peperangan melawan Penjajah Belanda.
Setelah itu ia menikah dengan panglima perang berikutnya bernama Teuku Umar.
Di pernikahan yang kedua ia mengalami takdir yang sama. (*)