Kain Bentenan Dibanderol Murah di Stan PKK Sulut
Kain batik atau kain khas daerah Sulawesi Utara, terus diupayakan pemerintah supaya dikenal masyarakat bahkan hingga ke mata dunia.
Editor: Mohamad Yoenus
Laporan Wartawan Video Tribun Manado, Alexander Pattyranie
TRIBUNNEWS.COM, MANADO - Kain batik atau kain khas daerah Sulawesi Utara, terus diupayakan pemerintah supaya dikenal masyarakat bahkan hingga ke mata dunia.
Misalnya di Stan Tim Penggerak PKK Provinsi Sulawesi Utara (Sulut), pada Pameran Pembangunan Sulut di Kayuwatu Kecamatan Mapanget Manado, Kamis (1/10/2015).
Dalam stan tersebut, beragam kain khas dari beberapa daerah di Sulut antara lain kain Bentenan, Pinawetengan, Manado, Minut, Bitung, serta Mitra.
Menariknya, kain-kain khas Sulut itu, harganya lebih murah dibanding harga yang dijual di toko.
"Harga di sini memang lebih rendah dari pada toko, misalnya Kain Bentenan ini di toko harganya Rp 75.000 per meter, kalau di sini jadi Rp 65.000 per meter," ujar Koordinator Seksi Acara Altje Luntungan Tutorooh.
Ia menambahkan, kain-kain daerah asal Sulut itu sudah masuk dalam Dewan Kerajinan Nasional.
Selain kain yang dipajang, pada bagian bawah juga ada kain yang telah disiapkan yang dibungkus dalam plastik transparan.
"Tujuan kami, ini betul-betul menjadi sabagai bahan promosi, tapi bila ada yang berminat untuk beli, bahannya ada," tambah dia.
Namun, bahan kain yang mereka sediakan hanya untuk pemesanan beberapa meter saja, kalau untuk pemesanan dalam jumlah besar, harus dipersiapkan dahulu.
"Harus pesan dulu nanti kami siapkan," terang Altje dengan nada ramah.
Menurutnya, peminat kain khas daerah, banyak karena kain tersebut mereka sosialisasikan ke kepada masyarakat di masing-masing daerah.
Sejauh ini, pada pameran 2015, lanjut dia, kurang lebih sebanyak 200 pengunjung yang mengisi buku tamu.
Banyak juga yang datang tanpa mengisi buku tamu, misalnya sekolah-sekolah yang berkunjung, biasanya hanya guru-gurunya yang mengisi buku tamu.
"Saya harap, semua kain yang sudah diproduksi akan mampu bersaing dengan batik-batik nasional, dan bagi kami Masyarakat Sulut supaya lebih mencintai produk sendiri," harap dia. (*)