Suguhan Tari Lambang Sari Betawi di Workshop Pendampingan Desa
Tarian yang diciptakan di tahun 2000 itu bernama Lambang Sari. Tarian itu terinspirasi dari peristiwa cek-cok rumah tangga.
Penulis: Lendy Ramadhan
Editor: Mohamad Yoenus
Laporan Wartawan Tribunnews, Lendy Ramadhan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pada gelaran workshop pendampingan desa bertajuk "Bekerja Untuk Desa Membangun Indonesia," yang digelar Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal (Kemendes dan PDT), di Gedung Makarti, Kemendes dan PDT, Jl TMP Kalibata, Jakarta Selatan, Jumat (2/9/2015), tarian khas Betawi membuka acara tersebut.
Tarian yang diciptakan di tahun 2000 itu bernama Lambang Sari.
Sebanyak lima penari berlenggak-lenggok menarikannya di hadapan 363 undangan yang mayoritas aparatur desa.
Tarian yang diciptakan Wiwiek Widyawati itu berlangsung selama sekitar 15 menit.
Setelah tarian selesai para hadirin bertepuk tangan.
Menurut pembawa acara, tari tersebut bertujuan membuat suasana jadi tak menjenuhkan.
"Ya kalo cuman dengerin pengarahan saja kan gak ada hiburan, mereka yang dateng jauh-jauh dari desa pasti jenuh, jadi ya ada lah sedikit narinya," katanya.
Berdasarkan penuturan pencipta tarian tersebut, Wiwiek Widyawati, tarian itu terinspirasi dari peristiwa cek-cok rumah tangga.
"Cek-coknya itu oleh orang-orang betawi disampaikan melalui pantun. Nah pake pantun-pantun berbicara itulah yang membuat terinspirasi saya untuk bisa bergerak, kemudian menjadi sebuah karya cipta tari kreasi baru Betawi yang saya namakan Kembang Lambang Sari," ujanya.
Perempuan asal Yogyakarta itu juga mengaku, nama Kembang Sari diambil dari iringan kesenian Topeng Betawi. (*)