Menengok Rumah Kerajinan Tenun di Tepian Sungai Siak
Para pengerajin di rumah itu, menenun kain dengan cara tradisional, yakni dengan menggunakan Alat-alat Tenun Bukan Mesin (ATBM).
Editor: Mohamad Yoenus
Laporan Wartawan Tribun Pekanbaru, David Tobing
TRIBUNNEWS.COM, PEKANBARU - Rumah kerajinan kain tenun yang diberi nama "Pucuk Rebung", di tepian Sungai Siak, Jalan Perdagangan, Pelabuhan Bunga Tanjung, Kampung Bandar, Kecamatan Senapelan, Pekanbaru, masih mampu bertahan di tengah perkembangan zaman dan keterpurukan ekonomi saat ini.
Rumah kerajinan tenun yang berdiri sejak 2013 silam ini, masih terus menghasilkan sejumlah kain tenun berkualitas.
Para pengerajin di rumah itu, menenun kain dengan cara tradisional, yakni dengan menggunakan Alat-alat Tenun Bukan Mesin (ATBM).
Wawa, pengerajin yang ditemui di rumah tenun, Selasa (24/11/2015), menceritakan rumah tenun itu awalnya berdiri sejak 2013, di bawah binaan PNPM Pariwisata.
Saat itu hanya ada 2 alat tenun bukan mesin yang dipakai untuk menghasilkan kain tenun.
Rumah kerajinan tenun itu memiliki 4 unit alat tenun, setelah mendapat dua alat tenun lainnya yang dipinjamkan oleh LAM Riau.
Berbagai jenis motif tenun mampu dihasilkan di rumah kerajinan ini, salah satu contohnya tenun motif siluang ataupun siku awan.
Harga yang ditawarkan untuk satu kain tenun sangat bervariatif, dari ratusan ribu hingga jutaan rupiah, tergantung jenis dan tingkat kesulitan dalam pembuatannya.
Wawa mengatakan rumah kerajinan ini tak pernah sepi dari pesanan.
Namun begitu, pemasaran kain tenun dirasa masih belum maksimal.
Pasalnya, hasil kerajinan tenun dari rumah kerajinan tenun "pucuk rebung" masih dipasarkan secara konvensional, dari mulut ke mulut.
Selain itu, kendala lainnya yang dihadapi para pengerajin tenun, yakni tingginya biaya produksi.
Apalagi di tengah kondisi tingginya harga dolar saat ini membuat biaya bahan baku pembuatan kain tenun melonjak.
Pasalnya, sejumlah bahan baku seperti benang, di impor langsung dari luar negeri seperti India dan Singapura.
Mereka berharap agar pemerintah bisa memperhatikan para pengerajin tenun bisa terus bisa berkembang.
Selain itu mereka juga berharap agar pemerintah bisa melestarikan nilai seni dan budaya, dengan membangun kesadaran kepada para generasi muda untuk mencintai seni dan budaya di Indonesia. (*)