Unik dan Serunya Lomba Joget Kepompong Ulat Jati
Ulat Jati di Tuban sepertinya dibenci tapi disayang.
Editor: Mohamad Yoenus
Laporan Wartawan Surya, Iksan Fauzi
TRIBUNNEWS.COM, TUBAN - Ulat Jati yang telah memakan daun pohon ini di wilayah Kabupaten Tuban bersamaan datangnya musim hujan sepekan ini, seperti dibenci tapi juga disayang.
Dibenci karena jumlahnya terlalu banyak menyerbu pemukiman warga, disayang karena keberadaan ulat itu bukti hutan jati masih lestari.
Bagi kaum perempuan di RT 3 RW 2 Dukuh Krajan, Desa Betikharjo, Kecamatan Semanding, merasa geli dan jijik.
Namun, bagi warga Guwoterus dan Ngukuhan sekitar Gua Putri Asih, Kecamatan Montong, keberadaan ulat bisa dijadikan ajang hiburan, sedangkan kepompongnya dicari untuk dijual.
Pada Sabtu (2/1/2016), pihak Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) Parengan menggelar lomba balap lari dan joget kepompong Ulat Jati.
Belasan warga antusias mengikuti lomba tersebut.
Di samping menjadi ajang hiburan juga ada pesan moral, masyarakat setidaknya ikut melestarikan hutan jati.
Dua pelepah pisang yang disanggah empat kayu menjadi sirkuit ulat jati.
Ulat-ulat jagoan warga harus melalui pelepah sepanjang kurang lebih 100 centimeter.
Sorak sorai penonton disertai tepuk tangan mengiringi laju cepat ulat.
Bukan hanya orang dewasa yang menyukai lomba itu, tapi juga anak-anak terlihat gembira menyaksikan balap lari.
Dalam lomba itu, peserta secara bergantian menurunkan jagoannya.
Panitia menggunakan sistem gugur, artinya, ulat yang menang bisa ikut lomba lagi, sedangkan ulat yang kalah tidak boleh ikut lagi.