Budidaya Lebih Efisien, Ikan Papuyu Bisa Makan Kotorannya Sendiri dengan Sistem Bioflok
Sistem bioflok dilakukan untuk mengantisipasi kekurangan air saat musim kemarau,
Editor: Willem Jonata
Laporan wartawan Banjarmasin Post, Muhammad Elhami
TRIBUNNEWS.COM, PARINGIN - Balai Benih Ikan Lokal Gunung Manau, Kabupaten Balangan, Kalimantan Selatan (Kalsel), menerapkan sistem bioflok dalam membudidayakan ikan papuyu.
Budidaya dengan sistem tersebut sudah berjalan selama tiga bulan, khusus untuk ikan papuyu. Kepala Balai Benih Ikan Lokal Gunung Manau, Ilmi Arifin mengatakan, di Kalsel baru Balangan yang menerapkan budidaya dengan sistem Bioflok untuk ikan jenis papuyu.
"Sesuai dengan arahan dari kementerian bahwa ikan lokal harus dikembangkan," katanya.
Ia menjelaskan sistem budidaya Bioflok adalah sistem budidaya menggunakan bakteri. Flok bisa bekerja melalui media air ataupun pakan.
"Bakteri inilah yang akan mengubah kotoran ikan menjadi pakan lagi, sehingga bisa dikonsumsi kembali oleh ikan," jelasnya.
Lebih lanjut dikatakannya, sistem ini dilakukan untuk mengantisipasi kekurangan air saat musim kemarau, dulu sebelum dengan sistem ini sering mengalami kendala sulitnya air.
"Ini menjadi alternatif yang sangat efesien, terutama soal pakan, dalam seminggu ikan dipuasakan selama dua hari yakni hari Sabtu dan Minggu, selebihnya setiap hari diberi makan. Nah saat puasa itulah ikan mengkonsumsi pakan dari kotorannya sendiri yang sudah di rombak oleh bakteri," ujarnya.
Banyak keunggulan yang didapatkan dengan sistem budidaya ikan dengan Bioflok ini. Diantaranya, rasa daging lebih manis dan gemuk saat dipanen. Keunggulan lainnya benih ikan yang dihasilkan bisa lebih banyak, mencapai 1000 ekor dalam satu meter kubik.
"Kemudian hemat air, bio sekuriti (hama tidak menular ke ikan), dan tentu saja efesiensi pakan," rincinya.
Saat ini budidaya ikan dengan sistem Bioflok khusus jenis ikan papuyu di Balai Benih Lokal Gunung Manau sudah ada tiga fiber (kolam ikan). Dua fiber berisikan 5.000, satu fibernya lagi ada 15.000.
"Tergantung ukuran kolamnya, bahkan dengan sistem Bioflok ini mampu menghasilkan benih ikan sampai 60.000 dibandingkan dengan konvensional hanya bisa 20.000 saja," katanya.
Ke depan lanjutnya, Balai Benih Lokal Gunung Manau akan terus mengembangkan sistem ini ke jenis ikan lainnya seperti patin dan baung.
"Kami berharap Balai Benih Lokal Gunung Manau ini menjadi balai benih unggulan di Balangan, dengan sistem ini, kendala yang dihadapi dulunya bisa teratasi," pungkasnya.