Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Inilah Tradisi Susuk Wangan di Kendal

Desa Gondang, Kecamatan Limbangan, Kabupaten Kendal Provinsi Jawa Tengah punya gawe besar yaitu Grebeg Alas Susuk Wangan.

Editor: Mohamad Yoenus

Laporan Wartawan Tribun Jateng, Kusuma Atmaja/M Achyar Permana 

TRIBUNNEWS.COM, KENDAL - Desa Gondang, Kecamatan Limbangan, Kabupaten Kendal Provinsi Jawa Tengah punya gawe besar yaitu Grebeg Alas Susuk Wangan.

Yaitu tradisi tradisi bersih-bersih sungai, atau tepatnya hulu sungai dibarengi syukuran atau selamatan sebagai ungkapan terima kasih kepada Yang Maha Kuasa yang telah menciptakan alam semesta.

Grebeg Alas Susuk Wangan ini melibatkan ratusan warga setempat, baik kegiatan membersihkan hulu sungai maupun menyiapkan sajian berbahan sayuran dari hutan, yang dimasak dengan cara dilemang atau dibakar dalam ruas bambu.

Lokasi Wangan Tukung, Dusun Penggik, Desa Gondang di Lereng Gunung Ungaran Jateng ramai dan tampak meriah, Jumat 19 Februari 2016.

Hulu sungai Wangan Tukung itu lah yang kemudian mengairi sawah-sawah pertanian di Desa Gondang.

Di tempat itu, warga telah berkumpul. Sebagian mereka membersihkan sungai atau tebing-tebing sekitarnya.

Berita Rekomendasi

Sebagian lainnya menyiapkan "sesaji" untuk selamatan, atau tepatnya makan bersama, dalam rangkaian susuk wangan tersebut.

Ada warga yang membakar ayam, ada pula yang membersihkan daun code--daun dari tumbuhan liar di sekitar sungai--sebagai bahan gudangan.

Daun code itu kemudian dilemang, mirip dengan membikin lemang di sejumlah daerah Melayu, yakni dimasukkan batang bambu kemudian dibakar.

Setelah semua selesai, sayur itu dicampur dengan bumbu gudangan yang dibawa dari rumah.

Selanjutnya, semua bahan plus nasi tumpeng, yang juga disiapkan warga, disajikan di atas daun pisang yang ditata berjajar di atas pelataran di dekat hulu sungai itu.

Ketika prosesi berakhir, Yundra pun turut menikmati hidangan itu dengan lahap.

"Tradisi Susuk Wangan ini telah ada sejak zaman leluhur kami di Desa Gondang. Tradisi ini merupakan wujud kearifan lokal untuk mempertahankan mata air," kata Yudhi Siswanto, kepala Desa Gondang.

Tradisi Susuk Wangan juga dilengkapi dengan kegiatan warga menanam pohon sebagai wujud terima kasih kami kepada alam, sekaligus menjaga agar alam yang memberikan air tetap lestari.

Sehari setelah acara tersebut dilanjutkan menanam 10 ribu bibit pohon di lereng Gunung Ungaran.

"Ada 18 desa yang berbatasan langsung dengan hutan Gunung Ungaran. Kalau kita tidak merawat hutan di sini, maka bisa berakibat fatal, termasuk di dalamnya kemungkinan kekurangan air untuk mengairi sawah," kata Yudhi.

Ia menjelaskan, perlu adanya kesadaran dari semua pihak, terutama masyarakat sekitar agar tidak merusak hutan.

"Kami juga meminta kepada Pemerintah Kabupaten Kendal, Perhutani, dan lainnya untuk bisa membantu menjaga kelestarian hutan ini. Kami ingin anak cucu kami masih bisa melihat hutan mereka," tambahnya.

Dalam rangkaian Grebeg Alas Susuk Wangan itu, digelar pula diskusi yang menghadirkan sejumlah tokoh.

Dalam diskusi di Lapangan Nambangan, Gondang, KH Budi Harjono, pengasuh Pesantren Al Islah, Meteseh, Tembalang, Kota Semarang, menyampaikan, apabila hutan gunung itu rusak, kehidupan dan peradaban sekitarnya akan musnah. (*)

Sumber: Tribun Jateng
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas