Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Menengok Dapur Mbok Tumpuk, di Sinilah Geplak dan Peyek Legendaris itu Diproduksi

Usaha yang awalnya membuat geplak, telah berkembang menjadi toko oleh-oleh besar di Yogyakarta.

Editor: Willem Jonata

Laporan Wartawan Tribun Jogja, Hendra Krisdianto

TRIBUNNEWS.COM, BANTUL – Saat ini nama Tumpuk atau Mbok Tumpuk begitu terkenal tidak hanya di Bantul, tetapi juga hampir sentero Yogyakarta.

Berkat kerja kerasnya, usaha yang awalnya membuat geplak, telah berkembang menjadi toko oleh-oleh besar dengan dua produk andalan berupa geplak dan peyek kacang yang legendaris itu.

Bahkan kini peyek dan geplak Mbok Tumpuk telah menjadi oleh-oleh khas Kabupaten Bantul.

Berbekal kemampuan yang diperoleh secara turun-temurun, pada tahun 1975 seorang wanita asli Bantul ini mencoba memproduksi geplak dan menjualnya.

Mbok Tumpuk, lahir dari keluarga yang kesehariannya membuat geplak untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Geplak sendiri adalah makanan yang terbuat dari parutan kelapa dan dicampur dengan gula pasir. Bentuknya bulat tidak beraturan dan beraneka warna.

Berita Rekomendasi

Citarasanya manis dan gurih, seiring berjalannya waktu terdapat beberapa varian rasa pada geplak produksinya.

Marni, satu diantara karyawan di Geplak Mbok Tumpuk, mengatakan, dalam sehari satu kwintal gula putih dan 300 butir kelapa diolah menjadi geplak.

"Kelapa yang sebelumnya telah diparut kemudian dimasak menggunakan kuali bersama gula pasir selama kurang lebih setengah jam. Setelah matang, adonan tersebut kemudian dibentuk selagi panas," ungkapnya.

Saat ini varian rasa yang bisa dipilih oleh pembeli adalah durian, gula jawa, jeruk, dan framboze. Semua proses pembuatan geplak masih menggunakan cara tradisional, kualinya terbuat dari tembaga dan dimasak menggunakan tungku dengan kayu sebagai bahan bakarnya.

Selain itu, Mbok Tumpuk juga terkenal akan peyek kacangnya. Jika kebanyakan panganan ini berbentuk bulat pipih, tetapi Mbok Tumpuk membuat rempeyek yang tumpuk-tumpuk tidak beraturan, seperti bongkahan. Hingga saat ini bentuk tersebut masih dipertahankan, bahkan telah menjadi cirikhas.

Tidak hanya bentuknya, bahan baku yang digunakan pun masih dipertahankan seperti saat pertama kali peyek ini dibuat. Bahan baku cemilan renyah ini adalah tepung beras dan kacang tanah.

Diungkapkan Yahadi (49) karyawan Mbok Tumpuk yang sejak tahun 1984 bertugas memproduksi peyek, beras yang digunakan untuk membuat tepung pun tidak bisa sembarangan.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas