Keroncong Never Die
Paguyuban Kerontjong Lampung berusaha mempertahankan eksistensi musik keroncong di tengah masyarakat.
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribun Lampung, Yoga Noldy Perdana
TRIBUNNEWS.COM, BANDAR LAMPUNG – Keroncong Never Die. Begitulah kalimat provokatif pada poster yang menjadi latar panggung pertunjukan musik keroncong dari Paguyuban Kerontjong Lampung.
Paguyuban tersebut berusaha mempertahankan eksistensi musik keroncong di tengah masyarakat, yang harus diakui kalah populer dengan genre musik lain.
Komunitas itu berdiri tahun 2015. Rata-rata anggotanya berusia tua. Namun, dalam aktivitasnya mereka berupaya menggaet anak-anak muda supaya ikut menggemari musik tersebut.
Saat ini terdapat 16 grup keroncong di bawah naungan Paguyuban Kerontjong Lampung. Di antaranya, Orkes Keroncong (OK) Kopi Kotabumi, OK Gema Nusantara Bandar Lampung, OK Sehati Bandar Lampung, OK Irama Sejati Pringsewu, OK Rindu Alam Adiluwih, OK Bamboos Pringsewu, OK Cempaka 8 Bandar Lampung, OK Irama Prasanti Metro, OK Purna Bakti Pesawaran, OK Angkasa Nada Pesawaran, OK Gita Larasati Bandar Lampung, dan OK Bouyansi Bandar Lampung.
Mereka memiliki kegiatan rutin bermain musik bersama atau jam session.
Ketua Paguyuban Kerontjong Lampung, Don Peci menuturkan, musik keroncong memiliki kelebihan tersendiri. Alunan musik keroncong yang merdu nan indah, akan membuat para penikmatnya ingin ikut berdendang menikmati sensasi melodi yang begitu lepas.
“Keroncong bisa dibilang sebagai musik penggugah jiwa. Siapapun yang mendengarkan keroncong hatinya pasti adem," ucapnya.
Dalam grup musik keroncong, lanjut dia, biasanya terdiri dari tujuh personel. Masing-masing memegang alat musiknya volin, Cello, Flute, Kontrabas, Gitar, Cuk (Ukulele berdawai 3), dan Cak (Ukulele berdawai 4).
Pemain ukulele dan bas bertindak sebagai penjaga irama. Sedangkan, kontrapuntis dan selo yang ritmis mengatur peralihan akord.
Biola berfungsi sebagai penuntun melodi, sekaligus hiasan atau ornamen bawah. Kemudian flute mengisi hiasan atas. Alunan melodi dua alat musik itu melayang-layang mengisi ruang yang kosong.
"Kombinasi alat musik itulah yang membuat keroncong bisa dibilang sebagai salah satu genre yang memiliki alunan irama terindah di dunia,” kata Don Peci.
Paguyuban Kerontjong Lampung biasa kumpul-kumpul setiap malam Jumat kliwon di kediaman mantan Gubernur Lampung Oemarsono. Acara dimulai bada Isya hingga lewat tengah malam.
Don Peci punya motivasi dan harapan supaya musik keroncong bukan hanya diminati orangtua, tapi juga anak-anak muda.
"Sebab, keroncong bukan musik untuk orangtua, mungkin kebetulan karena pemainnya saja yang saat ini mayoritas sepuh-sepuh semua," ucapnya.
Ia percaya musik keroncong bisa menggaet pendengar dari kalangan anak muda. "Sebab, segala jenis musik apapun bisa dibuat keroncong atau dikeroncongkan dan hasilnya asyik," terangnya.
Paguyuban Kerontjong Lampung akan berusaha masuk ke segmen anak muda. Kehadiran anak-anak muda itu, menurut Don Peci, melanjutkan perjuangan eksistensi grup keroncong yang sudah ada.(*)