Ungkapan Hati Joanna Giannouli, Wanita yang Lahir Tanpa Vagina dan Rahim
Lewat surat terbuka, Joanna mencurahkan isi hati tentang bagaimana hidup dengan sebuah sindrom yang menimpa sekitar satu dari 5.000 perempuan.
Editor: Mohamad Yoenus
Para dokter membuat sebuah vagina baru untuk saya. Itu adalah prosedur revolusioner di Athena saat itu.
Vagina baru yang dibuat oleh para dokter sempit dan kecil dan menyebabkan rasa sakit tak terhingga saat berhubungan seks.
Saya harus memperluas perineum, jaringan otot antara vagina dan anus, dengan melakukan latihan untuk vagina.
Ini sebuah area kecil di bawah vagina, berupa kulit dan jaringan, dan harus disayat lebih lebar agar lorong vagina lebih terbuka. Begitulah istilahnya.
Sesudahnya, saya merasa baik secara fisik. Namun, secara emosional, saya merasa tidak begitu baik.
Ini jadi sebuah beban, bagai sesuatu yang tidak bisa lepas.
Sejumlah mantan pacar saya melecehkan kondisi saya secara emosional. Saya tidak bisa memiliki hubungan yang stabil selama bertahun-tahun karenanya.
Situasi itu terus menghantui dan tak tertahankan. Hal itu bagai mencuri kebahagiaan kita, mentalitas kita, peluang untuk menjalin hubungan yang bagus dan stabil.
Situasi seperti ini membuat diri kita hampa dan kita diliputi dengan kemarahan, rasa bersalah, dan malu.
Selain itu, ada masa-masa sulit sesudahnya. Saya menderita secara emosional, psikologis, dan semua itu benar-benar berat.
Hampir 10 tahun sudah dan saya masih merasa menderita, tetapi saya sudah tidak merasa malu lagi, sudah terlalu lama.
Saya sadar bahwa saya tidak bisa mengubahnya. Semuanya harus diterima apa adanya dan hidup dengan kondisi seperti ini.
Selama beberapa tahun pertama dan kadang-kadang sekarang pun masih, saya merasa tidak berharga. Saya bagai barang yang rusak, tidak layak dicintai.
Saya bagai jiwa yang tersesat selama bertahun-tahun. Hal ini bisa menghancurkan hidup kita. Hal itu menempatkan kita dalam posisi yang benar-benar sulit.