Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Siswa-siswi Kreatif dan Berprestasi di SMP Terbuka Bawang Ini Terancam Putus Sekolah

Siswa SMP Terbuka Bawang di Kabupaten Batang meraih juara nasional Lomba Motivasi Belajar Mandiri (Lomjari) Kemendikbud.

Editor: Willem Jonata

Laporan Wartawan Tribun Jateng, Raka F Pujangga

TRIBUNNEWS.COM, BATANG - Siswa SMP Terbuka Bawang di Kabupaten Batang meraih juara nasional Lomba Motivasi Belajar Mandiri (Lomjari) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Mereka yang berprestasi tahun ini adalah Arif Sofa (14), Faturridho (14) dan Khaoliyah (15).

Khaoliyah mengaku senang mendapatkan juara pertama tingkat nasional. Selama mengikuti lomba, dia diminta untuk membuat kerajinan.

"Kami praktik langsung membuat kerajinan ini, dan menjualnya juga sendiri di stan yang sudah disiapkan," jelas dia.

‎Pada tahun ini, kata dia, karya yang dihasilkan adalah hiasan dinding berbentuk cicak. Semua bahan bakunya berasal dari limbah kayu yang sudah tak terpakai.

Produknya bukan hanya pajangan dinding berbentuk cicak. Ada juga kaligrafi, tempat tisu, dan hiasan lain dari limbah kayu. 

Berita Rekomendasi

Mereka mendapat nilai tertinggi dari setelah banyak produknya terjual di stan. S

MP Terbuka Bawang bukan kali ini saja meraih prestasi. Sebelum itu, siswa-siswinya pada 2012 memperoleh juara II, tahun 2013 juara I, tahun 2014 juara I, 2015 juara III.

Sayangnya, peraih juara pertama ini tak ingin melanjutkan sekolahnya dan memilih untuk mengembangkan usaha di bidang kerajinan.

"Saya inginnya mengembangkan usaha sendiri membuat kerajinan ini. Tidak mau sekolah lagi," kata Khaoliyah.

Ketika ditanya cita-citanya pun, Khaoliyah enggan menjawabnya. Ia hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.


Ada dugaan bahwa mereka terancam putus sekolah di kelas ‎IX SMP Terbuka karena keterbatasan biaya.

‎Hal serupa juga dialami Slamet (16) alumni SMP Terbuka IX yang pernah merebut juara I Lomjari tingkat nasional 2014 dan juaraIII Lomjari tingkat nasional 2015.

Pada 2014 saat meraih juara I, Slamet dibantu guru pendampingnya membuat meja yang kakinya terbuat‎ rahang sapi. Karya uniknya itu hanya menjadi hiasan dan kenangan semata.

Sebab generasi muda yang dua kali mendapatkan juaratingkat nasional tersebut, putus sekolah karena tak mampu melanjutkan pendidikannya akibat keterbatasan biaya.

Kini Slamet hanya membantu adik-adik kelas dan gurunya untuk membuat kerajinan dari bahan dasar kayu.

Setiap hari, Slamet mendapatkan upah sebesar Rp 50 ribu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

"Saya enggak punya biaya buat sekolah, maunya sampai kuliah. Kalau ada beasiswa ya mau sekolah lagi. Soalnya bapak sama ibu kerjanya cuma buruh tani," ucapnya.(*)

Sumber: Tribun Jateng
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas