VIRAL Video Bayi Ditemukan di Tempat Sampah, Terbungkus Kantong Plastik, Psikolog Beri Tanggapan
Viral video yang menayangkan seorang bayi ditemukan dalam keadaan terbungkus kantong plastik berwarna hitam di dalam tempat sampah.
Editor: Miftah
TRIBUNNEWS.COM - Viral video yang menayangkan seorang bayi ditemukan dalam keadaan terbungkus kantong plastik berwarna hitam di dalam tempat sampah.
Dalam video berdurasi 45 detik tersebut, terdengar tangisan bayi saat kantong plastik diangkat dari tumpukan sampah.
Bayi tersebut tampak diselimuti kain putih yang ada di dalam kantong plastik.
Video tersebut viral saat diunggah akun Twitter @kukubokikukuki pada Senin (6/1/2020).
"Kenapa mama tak inginkan aku?" tulisnya di Twitter.
Unggahan itu pun sontak menyedot perhatian warganet.
Hingga Selasa (7/1/2020) siang, unggahan tersebut telah disukai lebih dari 5.000 orang dan dibagikan lebih dari 3.000 kali.
Meskipun kejadiannya tidak di Indonesia, banyak warganet yang turut prihatin menyaksikannya.
Seperti yang diketahui, di Indonesia pun kasus ini sudah beberapa kali terjadi.
Diberitakan Kompas.com sebelumnya, sepasang suami istri yang tinggal di Kelurahan Simpang Baru, Kecamatan Tampan, Kota Pekanbaru, Riau, menemukan bayi dalam kardus yang diletakkan di teras rumahnya.
Dalam kardus tersebut terdapat sepucuk surat yang memberi keterangan tanggal lahir sang bayi, yaitu 28 Desember 2019.
Kapolresta Pekanbaru Kombes Pol Nandang Mu'min Wijaya mengatakan, bayi tersebut ditemukan dalam kondisi basah dan kedinginan.
"Bayi saat ditemukan dalam kardus dengan memakai pakaian lengkap, kain bedong, topi dan selimut. Kondisinya saat itu basah dan kedinginan. Bibirnya sedikit menghitam, tapi tidak menangis," ujar Nandang, Sabtu (4/1/2020).
Kapolresta menduga bayi itu dibuang oleh orangtuanya.
"Saat ini kami sedang mencari siapa pemilik bayi tersebut. Sementara bayi kami bawa ke Rumah Sakit Bhayangkara Polda Riau untuk diberikan perawatan," sebutnya.
Tanggapan Psikolog
Psikolog Keluarga dari Yayasan Praktek Psikolog Indonesia, Adib Setiawan, S. Psi., M. Psi., memberikan tanggapannya soal maraknya kasus pembuangan bayi.
Menurut Adib, seorang ibu yang tega membuang anaknya sendiri biasanya dipengaruhi oleh faktor ekonomi hingga psikologis.
"Biasanya kalau pembuangan seperti itu, sebenarnya semua ibu sayang sama anak, tapi karena keadaan mungkin karena lagi stress, depresi, faktor ekonomi, atau melahirkan karena 'kecelakaan', itu yang memicu seorang ibu tega membuang anaknya sendiri," tutur Adib saat dihubungi Tribunnews.com, Selasa (7/1/2020).
Menurut Adib, karena dua faktor tersebut, seorang ibu tidak dapat berpikir jernih dan beranggapan anaknya akan memperoleh kehidupan lebih baik jika diasuh orang lain.
"Bisa saja setelah menyembunyikan kehamilannya, tapi dia punya harapan kalau bayi itu dia taruh nanti ada kemungkinan dipertemukan dengan orang baik yang lebih siap mendidik anak, lebih kaya, atau yang jelas lebih baik dari dirinya," kata Adib.
Menurut Adib kejadian seperti ini dapat dicegah dari lingkungan keluarga.
Hal itu bisa dilakukan dengan menjalin komunikasi yang baik antara seorang ibu dengan orangtuanya.
"Butuh komunikasi antara si ibu dengan orangtuanya supaya dapat ditemukan jalan keluar dan tidak perlu membuang bayi," kata Adib.
"Saya yakin orangtua ibu ini akan bertamah rejekinya jika mau merawat cucu," tambahnya.
Adib menekankan, kesadaran remaja untuk menghindari pergaulan bebas sangat diperlukan.
Menurutnya, remaja harus benar-benar menyadari resiko melakukan hubungan seksual sebelum menikah.
"Remaja-remaja saat ini perlu fokus mengejar keahlian, baik keahlian dalam bidang value, agama, akhlak, dan juga dalam bidang pekerjaan," tambah Adib.
"Sehingga ketika punya anak dia siap," sambungnya.
Selain itu, menurut Adib, kasus pembuangan bayi juga bisa dihindari dengan mempermudah proses adopsi.
"Barangkali adopsi itu dipermudah, sebenarnya banyak kan yang mau mengapdosi anak?" ujarnya.
"Kalau prosesnya dipermudah, ini bisa jadi solusi," tambah Adib.
Adib menambahkan, penanaman kasih sayang juga diperlukan sejak dini.
Penanaman kasih sayang bisa membuat seseorang tidak mudah melakukan hal yang kejam.
(Tribunnews.com/Widyadewi Metta) (Kompas.com/Idon Tanjung)