PGE Dukung Kemenpar Melalui Kawasan Wisata Geothermal
Gaung “Indonesia Incoporated” yang dilontarkan Menpar Arief Yahya melalui Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Kepariwisataan IV di Hotel Sultan Jkt.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Gaung “Indonesia Incoporated” yang dilontarkan Menpar Arief Yahya melalui Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Kepariwisataan IV di Hotel Sultan, 6-7 Desember 2016 terus bergulir.
Kali ini ditangkap oleh Pertamina Geothermal Energy (PGE), yang sekaligus menandatangani Nota Kesepahaman dengan Kementerian Pariwisata (Kemenpar).
”Ini wujud kepedulian kami untuk kemandirian masyarakat di sekitar lingkungan operasi perusahaan, kami akan terus bersinergi dengan Kemenpar dalam mengembangkan kearifan lokal yang dikelola dalam kawasan Desa Wisata Geothermal,” ujar Direktur Utama PGE, Irfan Zainuddin.
Penandatanganan dilakukan PGE dan Sekretaris Kementerian Ukus Kuswara yang disaksikan langsung oleh Menteri Pariwisata Arief Yahya. Menurut Irfan, pihaknya terus konsisten menggenjot wisata Geothermal seperti yang sudah dilakukan secara berkesinambungan.
”Dengan potensi sumber daya alam yang indah dan terkelola dengan baik, kawasan wisata Geothermal diharapkan dapat menjadi salah satu destinasi pariwisata nusantara,” ujar dia.
“Untuk itu, Pertamina akan mendukung setiap upaya dari seluruh komponen yang paling utama dengan Kemenpar, apalagi target Kemenpar di tahun 2017 ini juga sangat fantastis, 15 juta kunjungan wisatawan mancanegara dan 265 juta wisatawan nusantara, kita ingin menjadi bagian di dalamnya,” ujar Irfan lagi.
Wisata Geothermal yang sudah jalan dan mendunia adalah Desa Wisata Kamojang. Desa ini merupakan program unggulan PGE yang mengembangkan aspek perlindungan lingkungan, edukasi, pelestarian budaya dan peningkatkan keekonomian masyarakat sekitar.
Program ini merupakan komitmen bersama antara stakeholder pemerintah pusat dengan pemerintah setempat. Secara administrasi pemerintahan Lokasi Desa Wisata ini meliputi Desa Laksana, Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung dan Desa Sukarya, Kecamatan Samarang Kabupaten Garut.
Sementara kata Kamojang sendiri adalah nama salah satu dusun yang menjadi terkenal karena dipakai sebagai nama Area pengembangan energi geothermal yang pertama di Indonesia yang dioperasikan oleh PGE sejak tahun 1974.
Desa Wisata Kamojang merupakan suatu kawasan wisata terpadu berbasiskan lingkungan yang berpusat di Danau Pangkalan, yaitu danau yang kini telah hilang, keberadaan Danau Pangkalan hanya diketahui pada Peta Topografi tahun 1954 (www.apdri.wordpress.com) dimana lokasi tersebut berada di dekat pemukiman Dusun Kamojang.
Saat ini kondisi danau sudah mengering dan dimanfaatkan warga untuk pertanian dan perkebunan dan punya pemandangan yang menarik.
Irfan memaparkan, desa Wisata Kamojang terdiri dari, kawasan Wisata Alam yaitu dengan menonjolkan manifestasi geothermal di permukaan yaitu berupa Kawah Kamojang dan kondisi alam yang masih terjaga sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pedestrian dan jogging track serta penangkaran dan rehabilitasi elang khususnya Elang Jawa atau Nisaetus bartelsi.
Selain itu, masih kata irfan, kawasan Wisata Pendidikan, diperuntukkan sebagai pusat pengetahuan dalam bidang pengembangan energi geothermal dilengkapi juga dengan sarana laboratorium lapangan dan Geothermal Information Center (GIC).
Irfan menambahkan, wisata tersebut juga masuk kawasan Wisata Agro menonjolkan hasil pertanian masyarakat sekitar dan hasil olahannya, kawasan Wisata Budaya yaitu menawarkan atraksi kesenian daerah dan budaya lokal termasuk budidaya domba hias khas Garut.
”Dan kawasan Wisata Air yang rencananya akan dipusatkan di Danau Pangkalan bila berhasil dinormalisasi. Pokoknya ini juga potensi pariwisata tanah air,” katanya.
Saat ini PGE memiliki 12 wilayah kerja panas bumi dengan total kapasitas pembangkitan sebesar 512 MW yang dihasilkan dari 4 area yakni Kamojang, Ulubelu, Lahendong, dan Sibayak.
Menpar Arief Yahya berharap semua pihak, termasuk BUMN terus mencari titik sinergi yang saling menguntungkan, dengan sector pariwisata dan masyarakat. Ekosistem pariwisata itu harus dibangun bersama, dengan model Pentahelix, Akademician, Business, Community, Government dan Media.
“Dan selalu menggunakan prinsip, semakin dilestarikan, semakin mensejahterakan,” kata Arief Yahya.