Bali, Destinasi Favorit Penyumbang Devisa Terbesar
Menpar Arief Yahya selalu menggunakan password “Bali” dalam mempromosikan destinasi di seluruh dunia karena Bali dilewati 40% wisatawan mancanegara.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Menpar Arief Yahya selalu menggunakan password “Bali” dalam mempromosikan destinasi di seluruh dunia. Karena dalam pariwisata, Bali adalah gate yang dilewati 40% wisatawan mancanegara.
“Bali sebagai destinasi utama, akan diproyeksikan menjadi tourism hub. Masuknya lewat tourism, agar terjadi people to people relations, baru masuk ke trade and investment,” kata Menpar Arief Yahya, yang sedang kunjungan kerja ke Melbourne, Australia.
Di setiap promosi pun, Bali tetap diangkat sebagai lokomotif, untuk menarik destinasi beyond Bali.
“Kalau kita masuk dari trade and investment dulu, kita pasti kalah dengan Singapore, Hongkong, Dubai, Abu Dhabi, Iceland, negara-negara yang mengandalkan financial service. Tetapi kalau masuk lewat tourism dulu, maka tidak ada yang bisa mengalahkan Indonesia,” kata Arief Yahya.
Wajar, jika Presiden Joko Widodo menempatkan Pariwisata sebagai core economy Indonesia, dan sumbangan Bali ke devisa saat ini masih Rp 70T setahun.
Bali memang melekat kuat di benak warga dunia dan menjadi top mind sebagai destinasi favorit di Indonesia. Bagi wisatawan Tiongkok, Bali bahkan menjadi keharusan bila mereka melancong ke Indonesia. Apalagi yang hendak pre wedding atau honeymoon.
Bali adalah favourit mereka. Bahkan Travel + Leisure di Shanghai, Tiongkok menempatkan Indonesia sebagai next destination.
“Tahun ini, bakal menembus 5 jutaan wisman yang ke Bali,” katanya.
Menpar Arief Yahya membenarkan, 85 persen wisman Negeri Tembok Raksasa itu yang memilih Bali sebagai objek wisata tujuan.
Sisanya, 15 persen, tersebar ke Jakarta, Manado, Singkawang, Batam dan Jawa Tengah. Jangankan, China yang baru tahun ini booming mengenak Indonesia. Australia yang sebagian warganya sudah menganggap the second home town-nya adalah Bali pun, hanya 14% orang yang tahu kalau Bali itu bagian dari Indonesia.
Karena itulah, tahun pertama 2014-2015, Menpar mempromosikan berdasarkan portofolio yang ada. Yakni, 3 greaters, Bali, Jakarta dan Kepri (Batam-Bintan).
Mengapa dipilih tiga itu, karena selama ini wisawatan mancanegara yang berkunjung di Indonesia, 40 persen ke Bali, 30 persen ke Jakarta dan 20 persen ke Batam-Bintan. “Saya selalu memulai dari akhir. Selama ini 90 persen wisman itu masuk melalui 3 pintu utama itu, karena itu kita buat 3 greater tersebut,” ujarnya.
Promosi pun disesuaikan dengan tiga destinasi itu. Begitu pun, originasinya, berdasarkan pada data kunjungan yang sudah ada. Lima besar originasi ada di Singapore, Malaysia, Tiongkok, Australia dan Jepang.
“Dan saat ini, Tiongkok sudah mengalahkan semuanya, dan lompat dari posisi ke-4 sebelumnya, langsung naik ke posisi 1,” ungkapnya.
Dari lima besar itu, Tiongkok termasuk yang dinilai memiliki proyeksi yang sangat besar, karena tahun 2014 saja, jumlah outbond, atau orang China yang bepergian ke luar negeri untuk wisata itu sudah lebih dari 100 juta orang. Tahun 2015 naik menjadi 120 juta outbond travellers. Yang masuk ke Indonesia itu baru 1 persen saja.
Cina adalah pasar yang empuk bagi pariwisata di semua negera di muka bumi. Semua negara memotret Cina sebagai raksasa yang potensial di pariwisata, termasuk Indonesia. Berdasarkan data itulah promosi Wonderful Indonesia ke Tiongkok mendapat prioritas.
“Karena itu, ketika saat ini wisatawan Tiongkok mulai membanjiri Indonesia, sudah bisa kita perkirakan sejak akhir tahun 2015,” kata Menpar Arief Yahya.
Arief Yahya juga sudah menghitung bulan-bulan liburan orang Tiongkok. Akhir tahun, lalu Tahun Baru Imlek bulan Februari, lalu bulan Mei ada Hari Buruh sedunia, Juni-Juni ada liburan anak-anak sekolah, bulan Oktober ada hari Kemerdekaan Cina, dan kembali di Akhir tahun sampai dengan awal tahun. Dia juga sudah mendapatkan data, bahwa orang China itu memutuskan untuk berlibur minimal satu bulan sebelumnya.
“Jadi, dari skedjul liburan dan waktu memutuskan berlibur itulah saat yang tepat untuk berpromosi dengan tepat,” kata dia.
Presiden Jokowi memang pernah bertemu dan berdialog dengan Presiden China Xi Jinping di Jakarta. Presiden ingin turis dari Cina 10 juta yang datang ke Indonesia.
Seperti diketahui, pada tahun baru Imlek lalu getaran kedatangan turis Tiongkok itu sangat terasa di Bali. Sedikitnya 70 ribu wisatawan asal Tiongkok mendatangi Indonesia. Deputi Pemasaran Mancanegara I Gde Pitana menjelaskan Garuda Indonesia, national flag carrier itu juga mendapat 65 charter flight dari 11 kota di Cina.
“Memang yang paling siap, infrastruktur pariwisata dan sudah punya nama besar di pariwisata adalah Bali,” kata I Gde Pitana yang didampingi Asisten Deputi (Asdep) Asia Pasifik Kementerian Pariwisata (Kemenpar) Vincensus Jamedu itu.
”Namun ada beberapa kota juga yang menjadi daya tarik wisatawan Tiongkok,” ujar I Gde Pitana.
Kota-kota yang dimaksud adalah, Jakarta, Manado, Singkawang, Jawa Tengah dan Batam, yang distribusinya setar 15 persen.
“Kami juga menyambut sekitar 1.388 turis dengan perayaan di Bali, untuk menghormati dan memberi kesan yang baik pada mereka. Dan akan menjadi promosi dari mulut ke mulut yang baik ketika mereka kembali ke negaranya,” ujar Pitana.
Yang saat itu menjadi kehebohan nasional, adalah acara perayaan Tahun Baru Imlek di Bali. Acara tersebut juga menjadi bagian agenda penyambutan yang memukau banyak wisatawan.
Menurut Pitana, Konsulat Jenderal Tiongkok Mr.Hu bahkan menyampaikan rasa harunya setelah mengikuti acara yang dihadiri sekitar 1.388 wisatawan Tiongkok.
”Mr. Hu meminta kami agar pemerintah Indonesia kembali mengadakan acara yang sama di Bali tahun depan. Mr Hu sangat terpukau dan terharu dengan acara itu. Kami semakin yakin, target kedatangan 20 juta wisman itu bisa dicapai di tahun 2019. Dan Tiongkok menjadi salah satu pasar potensial, selain Singapore, Malaysia, Australia, Jepang dan Korea," ujar dia.