Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo, Jepang
TRIBUNNEWS.COM - Lukmanul Hakim, Direktur Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetika (LPPOK) Majelis Ulama Indonesia (MUI), memberikan usulan diselenggarakan wisata Syariah. Pucuk dicinta ulam tiba, ditanggapi Gubernur Jakarta Jokowi dan Kementerian Pariwisata, sehingga Oktober nanti diselenggarakan Wisata Syariah akan dimulai dan akan diresmikan mulainya oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
"Sebenarnya ini bukan ide baru. Sebelum Gubernur Jokowi kita pernah sampaikan ke Gubernur sebelumnya tapi kurang respons. Syukurlah kini ditanggapi cepat oleh Jokowi dan seiring pula dengan rencana Kementerian Pariwisata Indonesia," papar Lukmanul Hakim khusus kepada Tribunnews.com, Kamis (9/5/2013) di Tokyo.
Lukmanul melihat, Jakarta sebagai pintu masuk Indonesia sebagai negara terbesar dalam Islam. Tetapi selama ini kurang terlihat karakter Islamnya. "Bagaimana kalau jadi market wisata halal, restorar juga harus beridentitas halal, sertifikat halal kalau yang mau halal. Tapi yang tak mau halal harus diinformasikan kepada konsumen."
Bagi yang tidak mau menjadi restoran yang tidak halal, menurutnya, harus ada keterbukaan konsumen produsen. Ada orang Islam masuk ke sana, ada makanan bukan untuk non-Islam, pemilik toko harus beritahu tamu Islam. Nantinya akan ada regulasi bagi hal tersebut yaitu agar pemilik toko restoran harus menjawanb jelas kalau ada pertanyaan dari tamunya, harus jelas memberitahu makanan yang ada di dalam restoran, bahwa itu bukan makanan untuk kaum muslimin, tekannya.
"Kampanye halal yang damai supaya diterima baik, dalam implementasi di masyarakat," jelasnya. Penyelenggaraan wisata syariah tersebut akan dilengkapi dengan hotel yang halal, "Kita siapkan restoran, kitchennya halal, akan ada guidebook Syariah. sampai regulasi. Sedang kita siapkan sekarang, pak Sumunar Jati wakil saya itu ikut menyiapkan semua ini."
Indonesia tampaknya memang terlambat mengenai Wisata Halal atau Wisata Syariah ini, "Padahal di luar negeri beberapa negara termasuk Jepang sudah membuat wisata Syariah seperti ini," tekannya lagi.
Dengan label dan sertifikat halal, Lukmanul hakim melihat sebagai satu hal yang sangat positif bagi semua manusia, bukan hanya bagi kaum muslimin saja, karena sudah pasti sehat dan tidak tercemar yang tidak baik.
Bisnis perdagangan makanan halal di dunia saat ini memang sangat besar dengan omzet mencapai sekitar 640 juta dolar AS atau sekitar Rp 6,2 triliun (kurs Rp 9.700 per dollar AS).