News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Asing Stop Beli, Harga Karet di Jambi Anjlok

Editor: Sanusi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pekerja merawat pohon karet di Kecamatan Singorojo, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, Senin (4/6/2012). Dari data Badan Litbang Pertanian sasaran jangka panjang agrobisnis karet tahun 2025 adalah produksi karet mencapai 34 juta ton yang 25 persen di antaranya untuk industri dalam negeri. (KOMPAS/RADITYA MAHENDRA YASA)

Laporan wartawan Tribun Jambi, Hendri Dede Putra
TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Pasar asing menahan pembelian karet slab dari Indonesia, termasuk produksi Jambi. Imbasnya, harga komoditas andalan itu pekan ini mengalami penurunan. Petani pun terpukul dengan rendahnya harga karet.

Kabid Perdagangan Dalam Negeri Disperindag Provinsi Jambi, Filda Deviarni menyebutkan harga karet kualitas 100 persen Singapura mengalami penurunan dari Rp 20.000 menjadi Rp 18.900 per kilogram dibanding bulan sebelumnya.

"Harga karet dunia saat ini Rp 18.900 per kg mengalami penurunan," ujarnya kepada Tribun, Senin (8/7).

Sekretaris Gapkindo Jambi, Hatta mengatakan anjloknya harga karena permintaan negara konsumen terhadap karet jenis slab bersih kadar karet kering (KKK) melemah. Negara tujuan ekspor karet Cina dan Jepang sudah memperlambat pembelian, sementara Gapkindo terus membeli karet produksi petani. "Kita lihat di pabrik sudah penuh, pembelian lamban, jadi harga anjlok," ujarnya.

Ironisnya, harga di tingkat petani justru sangat jatuh. Dia menyebutkan di tingkat petani harga karet sudah ada yang dibeli Rp 4.000 per kilogram oleh pengumpul. Padahal saat harga karet stabil bisa dibeli Rp 9.000 sampai Rp 11.000 tiap kilogramnya. "Kalau harga jual pabrik berdasarkan harga karet dunia Rp 19.000 per kg," timpalnya.

"Menurut analisa harga karet sulit mengalami kenaikan, kita sudah kontrak jual dengan Cina dan Tokyo. Mereka susah diprediksi. Sekarang kita bertahan agar pabrik tetap beli," ujar Hatta.

Menyikapi rendahnya harga ini, Gapkindo berharap dan mendukung pemerintah untuk lebih cepat membentuk Bursa Karet Indonesia (BKI). Dengan lembaga itu, ia bilang, nantinya harga karet akan bisa ditentukan oleh pemerintah. Untuk harga selama ini berpedoman pada harga Tokyo Comunitas (Tocom), Singapura komunitas dan bursa Shanghai. "Mudah-mudahan tahun ini segera tercipta oleh pemerintah melalui Kementerian Perindustrian dan Perdagangan,” ucapnya.

Dengan kehadiran BKI diharapkan harga karet di tingkat petani akan bisa bersaing di pasaran. Dengan catatan karet petani benar-benar bersih atau tak ada campuran. "Kadang kadar bersih karet petani 50 persen, jadi harganya biasanya Rp 9 ribu dibeli pengumpul Rp 4 ribu," ucapnya.

Disisi lain lanjutnya, kenaikan harga BBM terasa pada biaya operasional pabrik karet milik Gapkindo. Karena biaya operasional bertambah dan harga karet menurun. "Ini sudah mulai terasa, kita prediksi harga fluaktuasi sampai Desember 2013 ini," ucap Hatta.

Sementara itu terkait ekpor karet Jambi, dikatakan Hatta mengalami penurunan sampai 1 persen pada pertengahan tahun ini. Mengacu data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jambi ekspor sektor industri Jambi untuk karet dan arang mengalami penurunan. Karet olahan menurun 24,71 persen dan arang turun 76,46 persen. "Ini dibandingkan dengan periode Mei 2013 dengan Mei 2012," kata Kepala BPS Provinsi Jambi Yos Rusdianyah.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini