News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tips Bisnis Jepang

Siapa Bilang Wairo Cuma Ada di Indonesia

Editor: Widiyabuana Slay
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

NAZARUDDIN USAI DIPERIKSA DI KPK - Mantan Bendahara Partai Demokrat M. Nazaruddin menjawab pertanyaan wartawan usai menjalani pemeriksaan KPK Jalan Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat (2/8). Nazaruddin menjalani pemeriksaan secara intensif selama tiga hari terkait dugaan tindak pidana pencucian uang (TPPU) dalam pembelian saham Garuda Indonesia serta kasus korupsi pembangunan Pusat Pendidikan Pelatihan dan Sekolah Olahraga Nasional (P3SON) di Hambalang. (Warta Kota/henry lopulalan)

Richard Susilo *)
 
TRIBUNNEWS.COM - Siapa bilang Indonesia negara korupsi terbesar di dunia? Ternyata Jepang, juga melakukan  korupsi,  mulai dari pegawai negeri biasa dan jumlah korupsinya sampai jutaan yen. Mengagetkan memang.
 
Wairo (uang sogokan) atau korupsi di mana-mana ada. Di Jepang pun sejak dulu kala hingga kini juga ada. Bahkan tidak sedikit Perdana Menteri Jepang turun dari jabatannya akibat skandal atau kasus Wairo. Misalnya PM Morihiro Hosokawa, 1993, dengan skandal sekretaris pribadi Hosokawa yang terima wairo jutaan yen, tapi justru Hosokawa yang mengundurkan diri dari jabatan PM Jepang. Namun PM inilah satu-satunya PM dalam sejarah Jepang yang berani mengatakan NO kepada Amerika Serikat. PM lain hanya Hai atau YES saja.
 
Setelah pemerintahan Jepang kembali ke partai liberal demokrat (LDP)  berkuasa berkat dukungan partai Komeito juga, kini koalisi pemerintah Jepang, wairo memang kurang begitu terlihat lagi. Tapi setelah puluhan tahun berkuasa, bahkan saat ini dengan kenaikan harga bensin sangat membebani rakyat Jepang mengakibatkan harga kebutuhan hidup sehari-hari meningkat, wairo mulai merajalela lagi.
 
Beberapa tahun lalu Sekretaris Kabinet Nobutaka Machimura mengumumkan 502 pegawai negeri Jepang terlibat wairo. Mereka dari 15 kementerian dan lembaga negara. Penerima wairo mengakui telah menerima uang sogokan sedikitnya 12.400 kali (menerima wairo) dalam lima tahun terakhir ini. Menteri Keuangan Fukushi Nukaga, saat itu, menanggapi keras, “Jelas sangat tidak dapat diterima dan harus diambil langkah disiplin keras,” tekannya.
 
Mengapa Nukaga marah, dari 502 pegawai negeri Jepang ternyata 383 atau 76,3 persen yang menerima wairo adalah pegawai negeri Kementerian Keuangan.
 
Bagaimana mereka menerima uang? Kebanyakan lewat Izakaya Taxi. Apakah Izakaya Taxi? Banyak orang bekerja termasuk pegawai negeri pulang malam hari sekali sehingga sudah capek, kereta api juga sudah habis sehingga harus pulang naik taksi. Di dalam taksi, sang sopir memberikan bir gratis dan seringkali pula bersama berbagai kupon, baik kupon belanja, atau kupon apa pun gratis kepada penumpang taksi. Bahkan supir taksi memberikan uang sekitar 2000 yen kepada penumpang yang menggunakan taksi sampai lebih dari 10.000 yen.
 
Sebagai pegawai negeri, ada peraturan melarang pegawai negeri menerima uang apa pun dari masyarakat. Namun selama lima tahun terakhir ini sedikitnya uang dari supir Izakaya taksi yang diterima pegawai negeri mencapai sedikitnya 1.875.000 yen tunai dan 207.500 yen kupon yang bisa dibelanjakan berbagai barang. Bahkan  seorang pegawai negeri Kementerian Keuangan yang berusia 30-an telah menerima 2,25 juta yen uang tunai dari seorang supir taksi. Dengan pemberian uang dan layanan lain itu, supir taksi berharap dia akan terus dipakai untuk jemput antar pulang sang pegawai negeri setiap hari. Itulah yang dilakukan si penerima uang taksi 2,25 juta yen tersebut. Selama 150 hari terus-menerus memakai taksi yang sama pergi-pulang dari rumah ke kementerian keuangan Jepang.
 
Kasus wairo terbesar sebelumnya terungkap saat Wakil Menteri Pertahanan Takemasa Moriya mendapat pelayanan sangat khusus dari kontraktor atau pemasok (Perusahaan) Jepang. Pimpinan Perusahaan tersebut membawa Moriya ke restoran eksklusif, men-service Moriya ke lapangan golf berkali-kali dan semua itu menghabiskan sedikitnya 4 juta yen. Akibatnya Moriya, 63, harus mundur dari jabatannya dan 21 April lalu diputus pengadilan negeri Jepang bersalah menerima sekitar 12,5 juta yen wairo.
 
Sedangkan penyogoknya, pihak Perusahaan Yamada Corporation, dengan pimpinan Motonobu Miyazaki (69), Osamu Akiyama (70), dan Tomnari Imaji (57), juga diputus bersalah menyogok Moroya. Keputusan pengadilan mengakibatkan masuk penjara dan denda. Namun bagi Jepang, bukan soal masuk penjara, tetapi nama baik hancur dan nama baik ini jauh sangat lebih penting dalam kehidupan bermasyarakat di Jepang. Karena rusak nama baik bukan hanya satu orang tetapi semua anggota keluarga jadi jelek nama baik mereka. Inilah repotnya tinggal di Jepang. Olekarena itu ucapan dan perbuatan kita memang benar-benar harus sangat hati-hati di Jepang atau menghadapi orang Jepang.
 
Wairo di Jepang bentuknya lain dibandingkan di Indonesia yang kebanyakan uang tunai. Di Jepang bentuk wairo berupa pemberian barang, pemberian kartu keanggotaan keanggotaan club golf gratis (karena untuk jadi anggota club gold di Jepang perlu jutaan yen), kupon belanja, atau men-service ke restauran mahal.Bahkan juga melibatkan wanita cantik untuk melayani pejabat penting.
 
Itulah sebabnya muncul percampuran cara pelayanan yang menarik di Jepang untuk model wairo. Misalnya muncul No Pan Shabu-shabu. Di sebuah restoran eksklusif, dengan makanan utama Shabu-shabu, merebus daging dan sayur, juga dilakukan atau dilayani oleh wanita cantik. Bukan hanya wanita cantik saja, tetapi mereka tidak memakai  celana dalam tidak pakai bra, dan hanya pakai selembar baju ikat di tubuh, seperti pakaian memasak di dapur. Lalu mereka naik ke atas meja, lebih tinggi dari tamu yang duduk, sehingga tamu bisa mengintip, melihat lekuk tubuh telanjang si pelayan restauran cantik itu. Bahkan tamu dapat meraba sang wanita  cantik pelayan restauran itu. Tentu untuk sebuah pelayanan tersebut satu orang akan habis sedikitnya satu juta yen, sangat khusus. Pulang dari restauran itu pejabat diantar pakai taksi dan tukang taksi telah diberitahu agar tagihan pembayaran ke kantor si penyogok sambil memberikan kartu namanya.
 
Banyak sekali cara wairo di Jepang tetapi semua dilakukan secara halus dan terakhir, kalau pun masih perlu, dilakukan berupa transfer uang ke rekening anggota keluarga sang pejabat, tentu tidak ke rekening sang pejabat langsung. Iro iro desune, macam-macam ya cara wairo.

Informasi lengkap lihat: http://www.tribunnews.com/topics/tips-bisnis-jepang/

Konsultasi, kritik, saran, ide dan segalanya silakan email ke: info@promosi.jp
*) Penulis adalah CEO Office Promosi Ltd, Tokyo Japan, berdomisili dan berpengalaman lebih dari 20 tahun di Jepang

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini