TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) dan melesatnya harga emas, menyebabkan masyarakat mengalihkan investasi mereka. Nasabah gadai emas perbankan kini mulai berbondong-bondong menebus emas, kemudian menjualnya.
Fenomena ini terlihat di layanan gadai emas Bank Syariah Mandiri (BSM). Sejak harga emas semakin berkilau, total penebusan emas di anak usaha Bank Mandiri ini mencapai Rp 15 miliar setiap pekan Hal ini menyebabkan outstanding pembiayaan gadai emas tinggal Rp 1,1 triliun.
Direktur Pembiayaan Mikro dan Kecil BSM Hanawijaya mengatakan kenaikan harga emas ini menyebabkan nasabah menjual emas mereka. Dana tersebut kemudian digunakan untuk melunasi pembiayaan gadai emas.
Kebanyakan yang melakukan hal ini adalah nasabah yang jatuh tempo atau mempercepat pelunasan. "Nasabah memanfaatkan momentum kenaikan emas untuk mendapatkan dana dan melunasi utang-utang mereka," tambah Hanawijaya, Senin (26/8/2013)
Hal yang berbeda terjadi di Danamon Syariah. Di Unit Usaha syariah (UUS) Bank Danamon ini, nasabah merespons kenaikan harga emas dengan menggadaikan emas mereka. Alhasil, outstanding gadai emas meningkat menjadi Rp 185 miliar dibandingkan bulan sebelumnya, yakni Rp 180 miliar.
Kepala Solusi Emas Syariah Unit Usaha Syariah Danamon M. Budi Utomo, mengatakan di Danamon Syariah jumlah gadai emas meningkat, sementara investasi emas murabahah malah menurun. Hingga ke-4 Agustus 2013, outstanding gadai emas telah meningkat 5%. Pertumbuhan ini kecil, karena awal Agustus banyak nasabah yang menebus emas untuk Lebaran. "Nasabah menggadaikan emas agar mendapat pembiayaan lebih besar. Kami berharap, kenaikan harga emas meningkatkan jumlah nasabah," tambah Budi
Tren kenaikan harga emas PT Aneka Tambang (Antam )terjadi mulai pekan pertama Juli. Saat ini harga emas Antam Rp 539.000 per gram atau naik 9,56% dalam kurun waktu kurang dari dua bulan. (Emma Ratna Fury)