News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pengusaha Tantang Pemerintah Naikkan Harga BBM Tepat Tahun Pemilu

Penulis: Adiatmaputra Fajar Pratama
Editor: Sanusi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Petugas melayani pembayaran dari pengendara sepeda motor yang ingin mengisi bahan bakar di SPBU milik PT Pertamina (Persero) atau Corporate Owned Corporate Operated (COCO) Jalan Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (28/11/2013).SPBU ini mulai menerapkan layanan pengisian Bahan Bakar Minyak (BBM) secara swalayan atau self service. Sehingga pemilik kendaraan bisa mengisi bensin sendiri ke kendaraanya setelah membayar ke petugas. TRIBUNNEWS/HERUDIN

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Sofjan Wanandi menjelaskan permasalahan defisit neraca pembayaran Indonesia terletak di sektor migas.

Pasalnya di sektor migas pemerintah terus memberikan subsidi untuk BBM bersubsidi, yang menghabiskan anggaran negara.

Sofjan pun menantang pemerintah apakah berani mengurangi subsidi untuk BBM pada 2014. Dengan adanya pengurangan subsidi otomatis harga BBM akan naik. "Berani nggak pemerintah mengurangi subsidi migas," ujar Sofjan, Selasa (3/12/2013).

Di satu sisi, Sofjan menilai pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono tidak pernah jelas dalam menangani sistem ekonomi Indonesia bahkan tidak memiliki keinginan untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi karena pemerintah tidak pernah berada dalam posisi untuk mencari terobosan.

Sofjan menilai tantangan perekonomian tahun depan juga nantinya tidak akan membuat pemerintah menjadi tidak fokus dalam penyelamatan ekonomi Indonesia.

Dengan demikian, Sofjan mengatakan pengusaha harus berhati-hati dalam situasi ketidakpastian Pemilu 2014. Bahkan investor luar negeri dan dalam negeri saat ini juga mengambil ancang-ancang untuk berhati-hati dalam berinvestasi di Indonesia.

"Kenaikan BI Rate sekarang saja kita sudah susah. Penurunan produksi sudah terjadi," kata Sofjan.

Oleh karena itu, Sofjan meminta kepada para pejabat pemerintahan yang ingin berpolitik untuk tetap fokus di politik pemilu 2014. Sedangkan untuk swasta dan BUMN untuk tetap bekerja dan meminta para politikus untuk tidak mengganggu para pengusaha dan swasta.

Seperti diketahui, defisit pada neraca pembayaran Indonesia naik tipis pada triwulan III 2013 menjadi 2,65 miliar dolar AS. Sebelumnya, pada triwulan II 2013, defisit tercatat 2,48 miliar dolar AS. Kondisi ini disebabkan oleh defisit transaksi berjalan yang terus berlanjut dan mengecilnya kemampuan transaksi modal dan finansial dalam menutup defisit tersebut.

Penyebab utama defisit pada transaksi berjalan adalah defisit pada transaksi minyak yang membesar. Pada triwulan II 2013, defisit transaksi minyak mencapai 5,29 miliar dolar AS, lalu naik menjadi 5,86 miliar dolar AS pada triwulan III 2013.

Hal ini dikarenakan naiknya impor minyak dari 9,53 miliar dolar AS menjadi 10,69 miliar dolar AS. Sementara ekspor hanya naik tipis dari 4,24 miliar dolar AS menjadi 4,81 miliar dolar AS.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini