TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pasokan listrik yang berasal dari energi baru dan terbarukan (EBT) ke pulau Sumba di Nusa Tenggara Timur (NTT) terus ditingkatkan.
Direktur Operasi Indonesia Timur PT PLN Vickner Sinaga meresmikan pengoperasian beberapa pembangkit listrik berbasis EBT (mikro hidro dan surya) di pulau Sumba, yaitu Pusat Listrik Tenaga Mini Hidro (PLTMH) Kamanggih daya 1 x 40 kilo Watt (kW), PLTMH Lapopu daya 2 x 800 kW dan Pusat Listrik Tenaga Surya (PLTS) Salura daya 1 x 150 kilo Watt peak (kWp).
Turut diresmikan juga PLTS Semau daya 1 x 450 kWp di Kupang. Pengoperasian PLTMH dan PLTS ini untuk menggantikan pembangkit berbahan bakar minyak yang biayanya mahal.
"Dengan beroperasinya PLTMH dan PLTS tersebut maka kini kebutuhan listrik di pulau Sumba mayoritas dipasok dari pembangkit berbahan bakar energi terbarukan 55 persen," ujar Vickner, Selasa (31/12/2013).
Total beban puncak di pulau Sumba yang terdiri dari empat kabupaten yaitu Kabupaten Sumba Timur, Kabupaten Sumba Tengah, Kabupaten Sumba Barat dan Kabupaten Sumba Barat Daya sebesar lebih kurang 8 Mega Watt (MW).
"Hal ini merupakan tahapan perjalanan pulau Sumba menuju iconic island dimana nantinya 100 persen kebutuhan listrik di pulau ini akan dipasokan dengan energy baru dan terbarukan," ungkap Vickner.
Saat ini pasokan listrik yang bersumber energi baru dan terbarukan di pulau Sumba adalah PLTMH Lokomboro daya mampu 2,3 MW, PLTMH Laputi 32 kW, PLTS Bilachenge 480 kWp, PLTMH Kamanggih 40 kW dan PLTMH Lapopu 1,6 MW sehingga total daya energi baru terbarukan sebesar 4,452 MW. Hal ini tentu sangat signifikan dalam menekan biaya produksi listrik.
Dalam sambutannya Vickner Sinaga meminta agar PLN Wilayah NTT dan PLN Area Sumba terus mengusahakan penambahan pembangkit non BBM agar terwujud Sumba 100 persen EBT pada tahun 2014 dengan memanfaatkan unsur lokal.