TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Cuma, menjelang Pemilu 2014 ini, memang ada tanda- tanda peningkatan peredaran uang palsu.
Selama Januari 2013, temuan uang palsu hanya 9.746 lembar. Sepanjang Januari 2014, jumlah uang palsu yang ditemukan 11.720 lembar.
Kecenderungan peningkatan aktivitas peredaran uang palsu menjelang Pemilu 2014 juga terekam di stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU).
Eri Purnomohadi, Ketua Umum Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Bumi (Hiswana Migas), bilang, semakin banyak pemilik SPBU yang mengeluhkan soal rupiah palsu.
Hanya mesti diingat, data resmi soal temuan uang palsu tidak seratus persen tepat. Soalnya, banyak kasus uang palsu yang tidak pernah dilaporkan.
Nurhayati, misalnya, enggak pernah melaporkan uang palsu yang didapatnya ke polisi. Begitu juga dengan Junaidi, juga pedagang pakaian di pasar tersebut.
Alih-alih melapor ke pihak yang berwajib, uang palsu pecahan Rp 50.000 dan Rp 100.000 yang dia terima langsung dibuang.
Eri malah langsung memusnahkan uang palsu yang masuk ke pom bensin miliknya.
“Dianggap sebagai kerugian perusahaan saja,” ujar pemilik SPBU di Cileungsi (Jawa Barat) dan Serang (Banten), ini.
Walau meningkat sejak awal tahun, kasus peredaran uang palsu di SPBU angkanya masih tergolong kecil.
Ambil contoh di SPBU milik PT Pertamina Retail. Setiap hari, rata-rata setiap SPBU melakukan 10.000 transaksi jual-beli bahan bakar minyak (BBM).
Pertamina Retail saat ini memiliki sekitar 100 SPBU atawa company owned company operated (COCO). Artinya, dalam setahun ada sekitar 365 juta transaksi.
Sementara, “Kasus uang palsu jumlahnya sangat kecil, mungkin tidak sampai 10 kasus setahun,” kata Sekretaris Perusahaan Pertamina Retail M. Ivan Asmara.
Ah, menjelang pemilu atau tidak, kita tetap harus waspada terhadap uang palsu.