News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Hadapi MEA, Perajin Alas Kaki Bentuk Asosiasi

Editor: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pekerja sedang melakukang finishing membuat sandal tali di salah satu rumah produksi di Gang Mesjid Arrohmat, Jalan Cibaduyut, Kota Bandung

TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Menghadapi masyarakat ekonomi ASEAN (MEA) pada 2015 industri kecil menengah (IKM) membentuk Asosiasi Pengrajin Alas Kaki Indonesia (APAI). Keberadaan APAI ini untuk semakin menguatkan IKM dari gempuran produk luar serta membantu pengembangan usaha.

Menurut Ketua Musyawarah Nasional (Munas) APAI, Betty Wardani banyak persoalan yang dihadapi oleh para pengrajin seperti kendala klasik untuk mengembangkan usaha yakni terbatasnya permodalan, SDM, bahan baku, dan pemasaran. Belum lagi, saat ini semakin banyak produk luar yang masuk ke Indonesia.

"Untuk menghadapi itu semua, maka perlu adanya wadah bagi para perajin. Karena selama ini jalan sendiri-sendiri, kerja sama IKM harus ditingkatkan untuk perkuat pasar," katanya pada acara Musyawarah Nasional Pertama (Munas I) yang digelar APAI bekerja sama dengan Fakultas Ekonomi Universitas Islam Bandung (Unisba)  di Aula Unisba, Jalan Taman Sari, Selasa (6/5/2014).

Menurutnya, industri kecil harus bekerja sama dalam menjalankan usahanya untuk menghadapi kendala. Karena kalau berjalan sendiri-sendiri, usaha mereka tak bisa berkembang. Misalnya, kalau pengadaan bahan baku sulit, dengan memiliki wadah, IKM bisa membeli bahan baku bersama-sama. Begitu juga pemasarannya. Kalau bekerja sama, jaringannya akan semakin luas.

"Dengan Munas APAI ini, akan menjembatani kepentingan perajin alas kaki dengan berbagai stakehokder untuk mengejar kedigjayaan perajin alas kaki di negeri sendiri," katanya.

Anggota APAI yang dikukuhkan dan mengikuti deklarasi pada Munas ini ada 22 orang. Sekitar 70 persen dari Kota Bandung, selebihnya dari Jawa Timur, Sumatra Utara, dan Tangerang.

Ia juga mengatakan, selama ini industri yang digolongkan IKM, rata-rata mengelola sendiri usahanya dari mulai pembelian bahan baku sampai pembuatan produk dengan jumlah pegawai kurang dari 50 orang. Karena itulah, IKM mengalami kendala untuk memenuhi order yang berimbas pada penurunan omzet.

"Harapannya, industri alas kaki nasional akan tangguh dan memimpin pasar. Serangan produk luar terhadap alas kaki nasional tidak bisa dianggap enteng namun memerlukan tindakan kolektif, kolaborasi berbagai pihak," katanya.

Ia menambahkan, momentum Munas I APAI saat ini membuka perluasan kerja sama dengan  pemerintah baik dari Kementerian Perindustrian, Kementerian Koperasi, dan UKM, dan pemerintah daerah, serta Perguruan Tinggi seperti Unisba. (tif)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini