TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Menjelang berlakunya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015, standardisasi produk memang diperlukan. Karena itu, penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk mainan sudah menjadi langkah tepat.
"Salah satu strategi menghadapi MEA adalah standardisasi produk. Kedua, peningkatan sumber daya manusia, dan ketiga sistem informasi. Ini yang terpenting, termasuk dukungan dari pemerintah yang berkaitan dengan regulasi, fasilitas dan iklim," ujar Wakil Ketua Kadin Jawa Barat Bidang Kemitraan dan UMKM, Iwan Gunawan, saat ditemui di Jalan Manado, Selasa (6/5/2014).
Iwan optimistis SNI di bidang mainan bisa membuat industri di bidang tersebut tumbuh dan berkembang. Menurut dia, saat ini mainan yang tengah berkembang dan dibutuhkan adalah mainan yang juga menjadi alat peraga untuk membantu proses belajar-mengajar di sekolah.
"Sekarang makin banyak anak-anak berkebutuhan khusus, seperti keterbelakangan mental, yang perlu media belajar. Ini sangat membantu pengajar untuk kemandirian anak dari sisi motorik halus, motorik kasar, dan kognitif," ujar Iwan. Ke depannya, kata dia, mainan-mainan ini bisa dikembangkan dengan kombinasi teknologi visual agar lebih komunikatif.
Soal sertifikasi SNI, Iwan berpendapat pemerintah harus cepat melakukan fasilitasi terhadap SNI dan hak atas kekayaan intelektual (HAKI). Hal ini penting dilakukan agar para pelaku usaha mainan punya kepastian dan terlindungi sehingga usahanya makin komunikatif dan pasarnya meluas.
"Saya optimistis melihat peluang dan tantangan berbagai UKM yang bergerak di produk mainan anak-anak, selama produk-produknya bisa menerjemahkan kebutuhan masyarakat," kata Iwan.
Mainan semakin dibutuhkan dengan semakin terbatasnya ruang terbuka hijau, kata Iwan. Tantangannya, mainan fisik disaingi oleh permainan berbasis teknologi yang justru tidak melahirkan kreativitas.
Soal sosialisasi SNI mainan kepada para produsen, Iwan mengatakan pemerintah harus total. "Pelaku usaha sendiri juga harus proaktif. Harus aktif cari tahu info ke lembaga vertikal. Jangan menunggu dipanggil saja," ujarnya. (feb)