News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

PDI Perjuangan: Mafia Migas Unjuk Gigi Pantau Antrean BBM

Penulis: Ferdinand Waskita
Editor: Y Gustaman
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sejumlah pengendara motor antre saat akan membeli bahan bakar di SPBU Kairagi, Manado, Sulawesi Utara, Selasa (21/2/2012). Kelangkaan yang terjadi saat ini disebabkan adanya keterlambatan kapal pemasok BBM dari Kalimantan. Sementara itu pemerintah pusat terus mengkaji tiga opsi menyangkut kebijakan pengurangan subsidi untuk BBM yaitu menjalankan kebijakan pembatasan BBM subsidi, konversi BBM ke BBG, serta opsi menaikan harga BBM. (Tribun Manado/Rizky Adriansyah)

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ferdinand Waskita

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pembatasan Bahan Bakar Minyak (BBM) berubsidi telah menimbulkan gejolak di banyak daerah. Antrean kendaraan mengular di berbagai SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum).

Anggota Komisi VII DPR RI Effendi Simbolon menilai antrean itu menjadi ajang mafia migas unjuk gigi di masyarakat. Menurutnya, mafia migas saat ini sedang menunjukkan kekuasaannya.
 
"Ini kan hanya bancakan mafia migas. Coba saja lihat kelangkaan ini hanya show of forces bahwa ada ketergantungan terhadap mafia migas," kata Effendi di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (26/8/2014).

Selama ini PDI Perjuangan tidak pernah menentang penyesuaian harga BBM yang diusulkan Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). "Saya selalu katakan kenaikan harga keniscayaan," kata Effendi.

Ia meminta penyesuaian harga diawali komitmen Pemerintah membangun infrastruktur energi terbarukan serta transportasi massal. Ia mencontohkan sekelas Jakarta saja hanya memiliki dua stasiun pengisian bahan bakar gas.

Untuk tidak mengulang hal itu, Pemerintahan Jokowi-JK akan membuat kebijakan berdasar audit energi yang dilakukan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Audit energi meliputi kinerja Pertamina, SKK Migas dan Kementerian ESDM.

"Selama ini kita tidak pernah tahu, hanya misteri saja. Berapa sebenarnya harga (BBM) Rp 11 ribu, uraiannya apa saja. Mengapa harga beli masyarakat Rp 6500, lalu subsidi Rp 4000. Kita tidak pernah tahu," imbuhnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini