TRIBUNNEWS.COM.BANDUNG, - Industri mebel dan kerajinan Indonesia memiliki pasar sendiri di luar negeri. Meski begitu, para pebisnis industri ini akan meningkatkan penetrasi pasar ke luar negeri khususnya ke Eropa, Amerika Serikat, Timur Tengah, Cina, dan Afrika
"Kami ingin masuk dalam lima besar dunia pada 10 tahun ke depan dengan nilai pendapatan Rp 100 triliun per tahun," kata Sekretaris Jenderal Asosiasi Mebel dan Kerajinan Indonesia (AMKRI), Abdul Sobur pada acara Roadshow Trade Expo Indonesia di Hotel Horison, Senin (1/9/2014) malam.
Untuk bisa meraih pasar tersebut, katanya, perlu diubah paradigma yakni harus lebih banyak menjual barang jadi karena memiliki nilai jual lebih tinggi. Perubahan paradigma ini juga sebagai upaya untuk menjaga ketersediaan bahan baku yang merupakan potensi besar bagi Indonesia.
"Kalau tidak seperti itu, Indonesia bisa makin terkalahkan oleh negara pesaing seperti Malaysia dan Vietnam yang memiliki teknologi yang juga lebih canggih dengan speed tinggi," katanya.
Ia menambahkan, AMKRI berencana menggelar pameran bertajuk Trade Expo Indonesia yang akan berlangsung 8-12 Oktober mendatang di Jakarta. Pihaknya menargetkan penjualan on the spot sekitar Rp 300 juta dan Rp 1 miliar follow up. Untuk itu, AMKRI melakukan roadshow di sejumlah daerah yang menjadi sentra produksi seperti Bandung, Bali, Jepara, Yogyakarta, Solo, Cirebon, dan Jakarta.
Di lokasi yang sama, Ketua DPD AMKRI Bandung-Priangan, Syahrizal Mustafa mengatakan, pertumbuhan furnitur di Bandung-Priangan baru mencapai 7 hingga 10 persen per tahun. Untuk itu, pihaknya akan merekrut keanggotaan baru lebih banyak lagi seperti keanggotaan dari Tasikmalaya dan Garut.
"Keanggotaan baru sekitar 40 pelaku, untuk pertumbuhan lebih tinggi, kami harap banyak pelaku yang bisa bergabung, karena terpenting pelakunya langsung, bukan trader-nya," katanya. (tif)