TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sejumlah Perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di Jawa-Barat, DKI dan Banten mengaku belum bisa melepaskan diri dari ketergantungan terhadap pasokan gas dari PT Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ).
Jika produksi gas ONWJ turun dan pasokan gas terganggu, maka hampir dipastikan banyak perusahaan yang bakal merugi, bahkan ikut terhenti produksinya. Terlebih, saat ini hampir semua industri yang dikelola BUMN dan swasta telah melakukan konversi bahan bakar dari minyak bumi ke gas.
Direktur PT Pupuk Kujang, Dana Sudjana, mengungkapkan pasokan gas ONWJ saat ini sangat diandalkan sebagai bahan bakar untuk memproduksi pupuk di perusahaannya. “Kalau ONWJ terganggu, apalagi terhenti produksinya, pabrik kami bisa mati. Sebab kita sangat bergantung pada suplai gas ONWJ,” ujarnya.
Dalam sehari, menurut Dana, PT Pupuk Kujang sedikitnya membutuhkan 57 juta kaki kubik (million metric standard cubic feet per day/MMscfd) yang dipasok dari ONWJ. Nah, jika produksi pupuk terhenti, tentu para petani kena imbasnya. Jadi, dampak terhentinya pasokan gas dari ONWJ itu berbuntut panjang.
Karenanya, Dana berharap agar pemerintah mempertimbangkan rencana pembangunan Pelabuhan Cilamaya. “Kalau Pelabuhan Cilamaya jadi dibangun, gas akan hilang. Produksi kami seribu persen akan terganggu. Kami setuju saja dibangun pelabuhan internasional, asal tidak menggangu gas. Kita harus sama-sama mendukung pengembangan fasilitas negara,” tambahnya.
Dana juga mendukung usulan sejumlah kalangan untuk merelokasi pembangunan pelabuhan internasional dari Cilamaya ke daerah Jawa Tengah agar tidak menggangu produksi ONWJ. Sebab, ia meyakini, banyak industri lain yang bergantung pada pasokan gas ONWJ. “Relokasi adalah pertimbangan yang bagus, sehingga produksi gas tidak terganggu. Suplai gas ONWJ tidak hanya di Jawa Barat loh, tapi hampir semua industri, sampai ke Banten. Krakatau Steel juga akan terganggu. Banyak BUMN bakal merugi,” imbuhnya.
Hal senada diungkapkan Kepala Minyak dan Gas Bumi PT Perusahaan Listrik Negara (PLN), Suryadi. Menurut dia, pasca konversi bahan bakar industri dari minyak bumi ke LNG, PLN bergantung sepenuhnya pada suplai gas ONWJ. Ia tak bisa membayangkan jika Pelabuhan Cilamaya jadi dibangun, tidak ada antisipasi yang bisa dilakukan PLN untuk menjaga kinerja produksinya.
Menurut Suryadi, jika pembangunan Pelabuhan Cilamaya dipaksakan oleh Pemerintah, maka Jakarta dan sekitarnya bisa gelap gulita. “Kami sangat memerlukan ONWJ. Tapi saya tidak mau komentar (soal pelabuhan Cilamaya). Itu merupakan keputusan pemerintah,” imbuhnya.
Sementara itu, salah satu direksi PT Krakatau Steel (KS), yang tidak bersedia disebut namanya, juga mengakui kebergantungan produksi PT KS terhadap suplai gas dari ONWJ. Sebab, saat ini PT KS mengandalkan gas alam sebagai bahan bakar produksinya. Namun ia enggan berkomentar banyak. “Ada kebijakan di perusahaan, untuk wawancara harus satu pintu via Corporate Secretary,” ujarnya. Sampai berita ini ditulis, belum ada jawaban resmi dari PT KS.