News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kenaikan Harga BBM

Dampak Negatif Kenaikan Harga BBM Hanya Sementara

Penulis: Seno Tri Sulistiyono
Editor: Budi Prasetyo
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Melompatnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) usai sentimen pencalonan Joko Widodo (Jokowi) memancing pemodal untuk mengambil untung. Aksi ini ditunggangi oleh sikap investor yang mulai rasional dengan kondisi ekonomi global dan regional. Padahal jika melihat transaksi perdagangan saham, pemodal asing justru tengah berduyun-duyung berburu saham di Bursa Efek Indonesia (BEI). Asing mencetak aksi beli hingga Rp 5,7 triliun. Pada penutupan perdagangan saham, Senin (17/3/2014), IHSG yang bergerak liar di sesi perdagangan pertama akhirnya tergelincir masuk zona merah. IHSG terpangkas tipis 2,45 poin (0,05%) dan bertahan di level 4.876,18. Warta Kota/Angga Bhagya Nugraha

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Tri Sulistiyono

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sejumlah analis menilai dampak penaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi ke pasar modal, hanya bersifat sementara yang akhirnya berimbas positif untuk jangka panjang.

Analis Woori Korindo Securities Indonesia (WKSI) Reza Priyambada mengatakan, pasca keputusan pemerintah menaikkan harga BBM akan menjadi pemandangan yang menarik, di mana akan terjadi adu kekuatan antara pelaku pasar yang setuju dan yang tidak setuju akan penaikan harga BBM.

"Volume beli dan jual saling beradu. Bagi investor seperti kita tetap perhatikan ritme dan arah pasar. IHSG masih didominasi asing yang mayoritas hampir setuju harga BBM bersubsidi dinaikkan," ucap Reza, Jakarta, Selasa (18/11/2014).

Menurut Reza, pada perdagangan hari ini IHSG bisa saja berjalan di zona merah, sehingga seolah-olah pasar merespon positif. Padahal, investor asing beberapa hari terus masuk ke pasar modal dan menunggu waktu yang tepat untuk lakukan aksi ambil untung.

"Jadi jangan panik dan berlebihan menanggapi kebijakan tersebut," ucapnya.

Atas penaikan harga BBM, Reza melihat akan menyumbang angka inflasi pada November dan Desember 2014 sebesar 2,65 persen. Namun, hal ini hanya bersifat sementara dengan asumsi pemerintah dapat menjaga pasokan barang dan makanan.

Hal senada juga diungkapkan Analis PT Asjaya Indosurya Securities William Surya Wijaya mengungkapkan, penaikan harga BBM pasti ada efeknya ke pasar modal tetapi hanya hal ini hanya sementara dan tidak besar.

"Ke depannya justru akan memberikan dampak positif dengan catatan alokasi dana subsidi bisa benar-benar diperuntukan ke arah yang benar," ucap William.

Menurut William, diputuskannya penaikan harga BBM menandakan pemerintah betul bekerja dalam membenahi keuangan negara. Di mana, dana subsidi BBM selama ini tidak tepat sasaran.  "Ini menunjukan 'kerja' yang sesungguhnya yang wajib kita nantikan dan yakini untuk Indonesia yang lebih baik lagi ke depannya," ucapnya.

Dari kalangan pengusaha, tidak mempermasalahkan penaikan harga BBM walaupun kenyataannya membebani biaya produksinya. Wakil Sekretaris Jenderal BPP HIPMI Andhika Anindyaguna mengatakan, dengan penaikan harga BBM maka keuangan pemerintahan yang tercermin di APBN akan lebih sehat. Selain itu, dana yang saat ini digunakan untuk subsidi bisa dialihkan untuk pembangunan infrastruktur di segala daerah.

"Harga BBM kita murah dan ke depan ini bisa jadi bumerang (kalau tidak dinaikkan). Konsumsi BBM juga tidak tepat sasaran," ujar Andhika.

Bendahara Umum BPP HIPMI, Bayu Priawan Djokosoetono mengatakan, pengusaha yang tergabung dalam HIPMI merespon positif terhadap penaikan harga BBM, walaupun hal tersebut dapat meningkatkan beban perusahaan ke depan. Tetapi untuk ke depannya, perekonomian Indonesia akan semakin baik.

"Kami sangat setuju, harga BBM dinaikkan, asal dananya untuk infrastruktur. Kita mendukung kalau semuanya buat kepentingan nasional," kata Bayu.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini