Hollande berterima kasih karena pemesanan itu mampu mengamankan 5.000 pekerja selama 10 tahun ke depan dan membantu perekonomian Prancis yang tengah dilanda krisis.
Belum lagi pesanan 60 pesawat jenis ATR 72 dari Prancis, beberapa pesawat Hawker 900, dan saat ini sedang menjajaki untuk pemesanan pesawat C-series dari Bombardier, Kanada.
Industri penerbangan nasional, PT Dirgantara Indonesia (DI), juga tak ketinggalan menjadi incarannya. Produk baru pesawat N-219, yang masih dalam tahap preliminary design, disebut-sebut akan dipesannya sebanyak 100 unit.
“Kita harus punya 1.000 pesawat dan sekarang sudah pesan sekitar 700 pesawat. Sudah datang 120-130 pesawat,” ungkap Rusdi.
Pada suatu sore awal Oktober 2013 di Kemang, Jakarta, Reni Rohmawati dari Majalah Angkasa, berbincang dengan pendiri dan CEO Lion Air Rusdi Kirana. Perbincangan sore itu sempat diselingi pertemuan dengan pemilik Kem Chicks, Almarhum Bob Sadino. Sambil minum Kopi Bob dan makan pisang goreng, pertemuan itu terasa menyegarkan.
Ini obrolan Rusdi dan Bob antara serius dan bercanda, ditingkahi tawa berderai keduanya. “Pak Bob boleh jadi bintang iklan Lion Air: low cost, tapi high profile. Itu Lion Air,” ucap Rusdi.
“Tapi saya tak pernah naik Lion Air. Orang lebih kenal Kem Chicks daripada Lion Air,” jawab Bob, seraya menegaskan bahwa sejujurnya, ia tak pernah terbang dengan Lion Air karena tak ada kelas bisnis.
“Aku bukan tak tahu. Lion di mana-mana ada, tapi tak kelihatan sama aku. Ini bukan maksud menghina. Artinya ada dua: aku ingin tahu Lion Air seperti apa atau Lion memang bukan kelas gua!”
Beberapa saat kemudian, Bob menanyakan keseriusan Rusdi atas tawarannya itu. “I will. Pak Bob pantas untuk jadi bintang iklan Lion Air; penampilan sederhana, duitnya banyak. Kalau ada yang ngomelin, nanti bantuin sama Pak Bob omelin,” ujar Rusdi.
“Ok, you make me fly by Lion! Kita bantu Lion untuk jadi iklannya,” kata Bob. (Angkasa/Intisari/Kompas.com)