TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Wismilak Foundation dan Wismilak Diplomat tantang para pekerja untuk keluar dari zona nyaman dan pindah kuadran menjadi wiraswasta. Diplomat Success Challenge (DSC) memberikan hibah permodalan senilai total Rp 2 miliar untuk mengatasi hambatan klasik yang biasa dihadapi calon wirausaha.
Hal ini disampaikan Surjanto Yasaputera, manajemen Wismilak Inti Makmur Tbk yang juga berperan sebagai Ketua Dewan Komisioner DSC.
Robert T. Kiyosaki memperkenalkan 4 kuadran untuk mengelompokkan cara orang mendapatkan penghasilan. Empat kuadran tersebut secara gambling memperlihatkan derajat relasi timbal balik antara orang dan uang. Susunannya berurutan yakni mulai dari yang paling tidak nyaman, yakni saat orang harus bekerja untuk mendapatkan uang, sampai kuadran yang mendekati kesempurnaan hidup yakni saat dikatakan “uanglah yang bekerja” untuk kita.
Kuadran pertama ditempati para employee yakni pekerja yang mendapat upah, berikutnya ditempati self-employed yakni para pekerja lepas, umumnya para professional semisal arsitek atau lawyer (ahli hukum). Kuadran ke 3 adalah tempat bagi para business owner, mereka yang mempekerjakan orang lain dan membayar upah.
Kuadran ke 4 adalah tempat paling nyaman, yakni diisi para investor. Di kuadran ini orang melakukan investasi, saat uang bekerja untuk mereka. Pada kuadran terakhir, orang dikatakan mempunyai kebebasan finansial dan bisa memanfaatkan waktunya sesuai yang diinginkan.
Perpindahan kuadran bukanlah sekuel evolusi yang berlaku otomatis dan mulus. Bagi kebanyakan orang yang sudah terlalu lama bekerja sebagai karyawan dan berjuang meniti karir, motivasinya kemudian mandeg ketika sudah merasa aman dengan posisi serta gaji rutin yang diterimanya. Saat sudah berada dalam zona nyaman demikian, umumnya orang terhenti dan tidak berani mengambil tantangan berikutnya untuk menjadi wirausaha.
Dalam situasi demikian, sesungguhnya banyak juga orang yang ingin bermetamorfosa menjadi wirausaha. Sebab ketika sampai di puncak karir banyak orang merasa tantangan hidupnya hilang dan hanya merasakan pekerjaan sebagai beban dan rutinitas. Pada saat itu orang berfikir untuk menjadi wirausaha dan menikmati sisi kebebasan, terutama agar bisa melakukan hal yang disukai.
Namun bagi orang yang sudah lama berkarir dalam suatu perusahaan, menjadi wirausaha adalah lompatan besar, sebab memasuki wilayah tidak menentu yang penuh resiko. Ketika dihadapkan pada pilihan menjadi business owner atau wiraswasta, alasan paling umum yang menjadi penghambat adalah tidak adanya modal yang mencukupi, demikian Ketua Dewan Komisioner DSC yang akrab dipanggil Pak Sur.
“Nominal hibah permodalan yang kami tawarkan, sebenarnya menjawab alasan klasik yang menghambat orang untuk menjadi wirausaha, sebab jumlahnya mencukupi untuk membiayai suatu start up yang reasonable,” tambah Pak Sur.
Selain itu, jika Anda baru mempunyai ide untuk berwirausaha, kompetisi yang digelar Wismilak Diplomat ini akan membantu merumuskannya menjadi wujud usaha yang lebih. Sebab peserta akan diminta mempresentasikan idenya dan serangkaian ujian dari tim juri akan merangsang peserta untuk melihat segala kemungkinan yang bakal terjadi.
Bagi para pemenang, yang tahun ini jumlahnya ditingkatkan menjadi 13, bimbingan usaha masih terus berlanjut. “Mereka, maksud saya tim Wismilak DSC tidak akan melepaskan begitu saja, buktinya bisnis saya terus dikawal dalam bentuk berbagai konsultasi manajemen,” ujar Ryan Ade Pratama yang tahun lalu masuk dalam 4 besar finalis DSC 2014. Tim Wismilak berjanji untuk mengawal jalannya pelaksanaan suatu ide bisnis maksimal selama 2 tahun, tambah anak muda yang muncul dengan ide bisnis memproduksi alat music Cajon.