TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit atau BPDP Sawit pada 2015-2016 akan memberikan subsidi kepada harga jual biodiesel B10-B15 untuk meningkatkan konsumsi di dalam negeri.
Direktur Utama BPDP Sawit Bayu Krisnamurthi menegaskan mekanisme pemberian subsidi terebut akan sama dengan pemberikan subsidi kepada BBM fosil (dari minyak bumi) yaitu kepada konsumen bukan kepada produsen.
“Kita akan berikan subsidi kepada harga jual B10-B15 kepada konsumen sehingga konsumsi didalam negeri bisa meningkat,” tegasnya di Jakarta dalam keterangan tertulisnya.
Selain memberikan subsidi kepada konsumen, menurut Bayu BPDP sawit juga akan mewajibkan provider BBM untuk menjual biodiesel sehingga diharapkan seluruh SPBU di Indonesia bisa memenuhi kebutuhan konsumen.
“Kita akan wajibkan semua provider beli B10-B15 jadi nantinya seluruh SPBU ada pasokan itu,” tambah Bayu.
Guna memuluskan rencana tersebut, BPBD Sawit rencananya akan mengadakan pertemuan regular dengan para pelaku industry terkait sehingga ketergantungan akan bahan bakat fosil bisa terus dikurangi. “Perlahan tapi pasti kita akan tingkatkan konsumsi BBN dan mengurangi konsumsi BBM Fosil,” katanya.
Bayu juga memastikan lembaga yang dimpinnya akan memberikan perhatian yang sangat serius terhadap pengembangan bahan bakar nabati yang berasal dari sawit dengan mendukung program riset sehingga Indonesia bisa mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar yang berasal dari fosil.
“Penyaluran dana juga digunakan untuk mendukung program mendasar, seperti riset, pengembangan teknologi, sumber daya manusia, sarana, dan prasarana,” tambahnya.
Sementara itu, Ketua Dewan Pengawas BPDP Sawit Rusman Heriawan menegaskan dalam jangka panjang, pengurangan terhadap ketergantungan akan Bahan Bakar Minyak dari fosil akan menguntungkan Indonesia karena peningkatan konsumsi BBM bisa dipenuhi oleh BBM yang kandungan biony semakin besar. Ditambah lagi, biodiesel tidak akan terpengaruh dengan fluktuatif harga minyak dunia.
“Kalau sekarang mungkin belum bisa dirasakan manfaatnya. Bayangkan jika harga minyak dunia mengalami kenaikan kembali hingga ke level 100 dolar perbarel bagaimana nasib kita,” tegas Rusman.
Rusman mengakui saat ini pengembangan mandatory biodiesel sangat tidak popular karena harga BBM fosilnya masih murah dipasaran dan hal itu lebih rendah dibandingkan dengan kita memasukan unsur bio didalamnya.
“Saat ini indeks kekinian BBM fosil masih rendah sehingga menyebabkan para pengusaha masih enggan menyembangkan bio energy. Namun kita harus berpikir dalam jangka panjang yaitu menciptakan ketahanan energy,” tambah Rusman.
Untuk mengantisipasi hal tersebut maka peran BPDP menurut Rusman akan melakukan pengembangan bio energy yang akan menguntungkan Indonesia di masa depan. “Pengembangan ketahanan energy ini merupakan kerja jangka panjang yang akan dilakukan pemerintah dan BPDP,” lanjutnya.