TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tekanan terhadap nilai tukar rupiah masih terjadi di pasar keuangan, Rabu (26/8/2015). Rupiah pada awal perdagangan di pasar spot pagi ini kembali melemah, bahakan menembus level 14.100.
Data Bloomberg pukul 08.45 WIB menunjukkan, mata uang Garuda melemah ke posisi Rp 14.105 per dollar AS dibandingkan penutupan kemarin pada 14.054.
Rupiah masih dinantikan sentimen positif yang kuat untuk menahan pelemahan lebih lanjut. Data Amerika Serikat yang diumumkan membaik berhasil membantu mendorong naiknya indeks dollar AS serta imbal hasil US Treasury yang terus tertekan semenjak pekan lalu. Harga komoditas juga mulai berbalik menguat. Akan tetapi Indeks S&P 500 yang sempat naik di pembukaan terkoreksi menjelang penutupan.
Hal itu menurut riset Samuel Sekuritas Indonesia menunjukkan keraguan investor bahwa perekonomian AS akan benar-benar membaik. Keputusan Bank Sentral Tiongkok, PBoC, memangkas suku bunga dan menurunkan GWM yang ditujukan untuk menstimuli perekonomian seharusnya memberikan sentimen positif. Namun jika itu berarti tekanan tambahan untuk yuan melemah, reaksi pasar bisa negatif.
Dollar AS mulai melemah di pasar Asia hingga kemarin sore. Rupiah berkurang tekanan pelemahannya walaupun gagal ditutup menguat mengikuti penguatan IHSG serta SUN. Berbagai kebijakan stabilisasi nilai tukar dan pasar modal yang baru diluncurkan belum terlihat memberikan efek signifikan terhadap rupiah.
Harga minyak dan komoditas lain yang mulai naik malam tadi berpeluang mengurangi tekanan pelemahan rupiah. Tetapi secara umum tekanan pelemahan seharusnya tetap ada menjelang pengumuman FOMC meeting tengah bulan depan. Angka pertumbuhan uang beredar Juli ditunggu hari ini - diperkirakan turun. Angka tersebut bisa dijadikan sinyal terhadap prospek pertumbuhan selanjutnya. (Robertus Benny Dwi Koestanto)