News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Peluang Usaha: Bisnis Kefir yang Cukup Menjanjikan

Editor: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

TRIBUNNEWS.COM -- Anda sudah pernah mencicip kefir? Kefir merupakan produk susu fermentasi, seperti yoghurt. Bedanya, kefir mengandung lebih banyak mikroflora, sementara yoghurt hanya terdiri dari beberapa jenis bakteri. Kefir difermentasikan oleh puluhan jenis bakteri dalam kefir grains (biji kefir).

Kefir lebih dulu populer akan khasiatnya menyembuhkan bermacam penyakit manusia. Minuman ini telah dikonsumsi oleh masyarakat Pegunungan Kaukasus di Eropa Timur berabad-abad lalu. Kefir pertama kali terkenal sekitar 1908 di Moskow, kemudian mulai tersebar ke seluruh penjuru dunia.

Saat ini, olahan susu berupa kefir sedang booming di Indonesia. Bukan hanya menjadi minuman kesehatan, kefir juga diolah menjadi produk perawatan tubuh dan wajah, mulai dari krim kefir, masker kefir, lotion, sabun hingga sampo. Olahan kefir sebagai produk perawatan ini lumayan akrab bagi masyarakat. Prospeknya pun cukup menggiurkan.

Berawal dari memenuhi kebutuhan kefir untuk konsumsi pribadi, Teddy Cahya Setyadi akhirnya terjun menjadi produsen kefir di Cimahi, Bandung. Pada 2005 silam, Teddy disarankan untuk rutin minum susu kefir lantaran menderita suatu penyakit kritis gara-gara sebuah kecelakaan.

Karena merasakan manfaatnya, dia lantas menawarkan susu kefir ke teman dan kerabatnya. Sejak saat itulah, Teddy mulai memproduksi minuman kefir yang berasal dari susu sapi, susu kambing, dan susu kolostrum.

Ada beberapa varian dari minuman kefir ini. Pria 36 tahun ini menambahkan buah-buahan dan sayuran. “Sesuai dengan selera konsumen,” kata dia. Awalnya, dia memproduksi sesuai dengan pesanan.

Pada 2008, dia mengembangkan produk kosmetik dengan bahan dasar kefir grains dan susu. Teddy bilang, pembuatan produk kosmetik itu berdasarkan permintaan pasar pula. “Sambil belajar, saya menemukan ramuan tepat yang bisa dipakai,” ujar dia.

Kini, Teddy memiliki 36 varian produk kefir. Selain minuman, dia menjual kefir untuk kosmetik, seperti masker, krim, moustorizer, hair tonic, facetonic, lotion, sunblock, hair cream, dan lainnya.

Harga jual minuman kefir prima ini Rp 40.000 per liter untuk kefir dari susu sapi dan Rp 80.000 per liter untuk kefir dari susu kambing. Sementara, kefir untuk pengobatan bervariasi, tergantung dari jenis penyakitnya, yakni antara Rp 100.000–500.000 per liter.

Demikian pula dengan produk perawatan tubuh. Harganya berkisar Rp 500–Rp 1.000 per gram. Namun, harga serum kefir bisa mencapai Rp 500.000 per 100 ml. Pesanan produk kosmetik ini bisa mencapai ribuan unit setiap hari atau sekitar 10 kg–30 kg. Namun, sampai saat ini, Teddy memproduksi berbagai produk kefir berdasarkan pesanan.

Selain Teddy, pemain lainnya yang masuk ke bisnis kefir adalah Angga Purbani. Sama seperti Teddy, dia menawarkan produk minuman kefir dan produk perawatan tubuh dengan merek Homemade Kefir.

Anggi, panggilan akrabnya, mengatakan, untuk semua produk ini dia menggunakan kefir medika. Ini adalah jenis kefir yang dibedakan dari cara pembuatannya.

Awalnya, dia mencoba membuat kefir untuk konsumsi sendiri untuk memperkuat stamina tubuh. Namun, setelah melihat adanya peluang, perempuan yang pernah menjalani bisnis sebagai grosir baju dan hijab ini memutuskan untuk memproduksi kefir sejak Agustus lalu.

Total ada 16 varian produk kefir yang dimiliki Homemade Kefir. Minuman kefir sebanyak 5 varian dan sisanya terdiri produk perawatan rambut, badan, dan wajah. Anggi mengaku, respons pasar sejauh ini sangat baik. Bahkan, konsumennya sudah tersebar dari Aceh hingga Papua.

Anggi menjual minuman kefir dalam kemasan 250 ml dengan harga Rp 10.000 per botol. Sementara untuk produk perawatan berkisar Rp 25.000 per cup (beauty cream kefir) hingga Rp 110.000 (masker kefir). Setiap bulan, dia bisa mengantongi omzet belasan hingga puluhan juta rupiah.

Pasar produk kefir terus bertumbuh dua tahun belakangan ini. Teddy juga menyadari pertumbuhan pasar yang sangat baik ini dari jumlah konsumen yang terus bertambah. Jika awalnya pelanggan Neo Kefir berjumlah 200 orang, kini sudah ada 385.000 orang. “Apalagi, sekarang banyak artis yang mempromosikan produk kefir. Itu sangat menarik minat konsumen,” kata Teddy.

Dia pun memprediksi pasar produk kefir kosmetik masih tetap cerah pada dua tahun mendatang. Sementara, minuman susu kefir akan tetap stabil. “Nanti, masyarakat justru akan mengenal minuman kefir ini lebih baik ketimbang yoghurt,” ramal dia.

Hanya, yang perlu diingat, perkembangan pasar yang cepat ini juga diikuti oleh munculnya pemain baru. Baik Teddy maupun Anggi menyebutkan, arah persaingan usaha ini semakin sesak. Maklum, profit yang dikantongi dari bisnis kefir lumayan tebal.

Teddy menuturkan, produsen kefir bisa melipat untung mulai dari 30%–100%, tergantung jenis produk yang dibuat. Tak jauh berbeda, Anggi pun menyebutkan keuntungan usaha ini berkisar 30%–50%.

Sebelum menggeluti bisnis kefir, pahami dulu lika-likunya.

Butuh pengalaman
Usaha kefir ini sederhana. Tak banyak peralatan yang dipakai. Bisnis kefir juga bisa dimulai dari skala rumahan. Alhasil, usaha ini bisa dimulai dengan modal minim.

Teddy yang dulu kerap memberi pelatihan pembuatan kefir mengatakan, usaha ini bisa dimulai dengan modal Rp 2 juta. Modal sebesar itu dipakai untuk membeli kefir grains dan susu segar.

Harga bibit kefir bervariasi, mulai dari Rp 100.000 per ons hingga Rp 1 juta per ons. Yang membedakan harganya adalah kualitas grains itu sendiri dan kandungan mikroflora yang ada di dalamnya. Sementara harga susu berkisar Rp 60.000–Rp 70.000 per liter. “Pemain baru bisa sesuaikan dengan modalnya,” kata Teddy.

Susu segar sebagai bahan kefir biasanya langsung diambil dari peternakan sapi perah. Namun, Teddy mengingatkan, Anda sebaiknya cek terlebih dulu kondisi peternakan, terutama kebersihannya untuk mengetahui kualitas susu.

Ada berbagai susu yang bisa dipakai menjadi bahan kefir. Teddy mengolah tiga jenis susu, yakni susu sapi, susu kambing, dan susu kolostrum. Tiap hari, untuk menghasilkan 100 liter minuman kefir, dia mengolah 80 liter susu sapi, 20 liter susu kambing, dan 5 liter susu kolostrum.

Susu kedelai dan santan kelapa juga bisa dipakai sebagai bahan baku kefir. Namun, kedua produk ini masih belum populer bagi masyarakat.

Sementara, Anggi menggunakan bahan baku susu sapi dan susu kambing ettawa. Dalam sekali proses, Anggi mengolah 15 liter hingga 20 liter susu. “Tergantung pasokan yang ada,” kata dia.

Anda pun bisa mempelajari proses pembuatan kefir ini dari berbagai jalur informasi. Bahkan, dengan mudah Anda bisa berselancar di dunia maya untuk mencari tahu proses pembuatan berbagai produk kefir. Selain itu, Anda pun bisa berlatih sekaligus bertanya pada para penggiat kefir yang tak pelit membagi informasi.

Hanya, meski dengan bahan baku dan pengolahan yang sama, belum tentu citarasa kefir yang dihasilkan oleh masing-masing produsen akan sama. Teddy bilang, pengolahan kefir itu semacam seni. Dus, hasil yang diperoleh tergantung dari tangan-tangan pembuatnya. “Kefir prima yang beli dari saya dan orang lain bisa berbeda,” kata Teddy.

Biarpun mendapat pelatihan secara bersamaan, dalam pengembangannya, tiap-tiap orang akan mempunyai teknik dan pengalaman tersendiri, mulai dari lama proses pengadukan, suhu udara pada saat pengolahan, dan bagaimana suasana hati pembuatnya. “Itu semua berpengaruh, termasuk hubungan vertikal dengan Sang Pencipta,” tutur Teddy. Pengalaman juga sangat menentukan untuk memperoleh kualitas kefir yang bagus.

Oleh karena itu, sampai sekarang, Teddy masih mengolah sendiri produksi kefirnya. Meski sudah punya karyawan, mereka hanya bertugas dalam pengemasan akhir. “Saya masih tangani dari proses pembuatan hingga menuang dalam kemasan,” kata Teddy.

Karena daya tahan kefir terbatas, pengiriman kefir harus ditangani dengan baik. Anggi bilang, kefir harus disimpan dalam freezer supaya kualitasnya tak menurun. Alhasil, dalam pengiriman, kefir harus dimasukkan dalam styrofoam dengan dilengkapi ice gel untuk mempertahankan suhu dingin.

Jika tak ingin repot, Anda pun bisa menjajal bisnis kefir ini sebagai reseller. Maklum, pembuat kefir, seperti Teddy dan Anggi, juga melayani penjualan lewat reseller. “Bahkan, reseller biasanya punya merek sendiri,” kata Anggi.

Salah satu reseller produk kefir ini adalah Khanza Dinar yang menawarkan produk dengan merek Moza Kefir di Jakarta. Khanza pun mengakui, minat masyarakat akan produk ini sangat baik.

Meski mengaku bisa membuat kefir sendiri, dia memilih menjadi reseller lantaran kesibukan kerja. Mulai menjual kefir sejak Agustus lalu, Khanza bilang sudah bisa menangguk omzet Rp 3 juta per bulan.

Dia menjual kefir dalam kemasan botol berukuran 250 ml dengan harga Rp 20.000. Sementara, minuman kefir ukuran 1 liter dibanderol harga Rp 80.000. Mengikuti para produsen kefir, dia juga menjual masker dengan beberapa varian. Untuk masker original dijualnya Rp 120.000 per 10 bungkus, sementara varian dengan stroberi, blackberry, dan coklat dijual dengan harga Rp 180.000 per 10 bungkus.

Teddy bilang, bisnis reseller ini tak kalah menggiurkan karena mereka bisa mengambil untung lebih tebal. “Ada, lo, yang dalam waktu tiga bulan sudah mampu beli motor,” cetusnya.

Anda juga tertarik untuk berbisnis kefir? (J. Ani Kristanti)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini