Jadi, menurut Lana, pemerintah sebaiknya menarik utang valas di enam bulan pertama 2016.
Saat ini BI sulit mengandalkan ekspor, mengingat harga komoditas masih akan tiarap.
Harga minyak mentah yang menyentuh level psikologis US$ 30 per barel akan memukul harga komoditas lain sehingga ekspor Indonesia yang mayoritas berbasis komoditas akan tumbang.
Di sisi lain, rendahnya harga minyak akan membuat The Fed menunda kenaikan suku bunga lantaran inflasi yang relatif rendah. BI bisa memanfaatkan momentum ini untuk menurunkan suku bunga lagi.
Jika BI hanya memotong Bi rate satu kali setahun, dampak ke ekonomi tidak akan signifikan.
Ekonom Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Mochammad Doddy Ariefianto juga berpendapat, BI masih punya ruang menurunkan suku bunga hingga ke posisi 7%.
“Jangan sampai setelah diturunkan, dinaikkan lagi, ini akan menimbulkan persepsi negatif bagi pasar,” tuturnya. (Amailia Putri Hasniawati)