Satu diantara marketplace yang mempercayakan kiriman barang ke pelanggan kepada JNE adalah Elevenia.
"Selama ini JNE menjadi major partner kami. Layanan antaran JNE selama ini memuaskan, terutama tersedianya fitur tracking kiriman," kata Madeleine Ogn De Guzman, Vice President Elevenia kepada Tribun di Jakarta, baru-baru ini.
"Fitur ini sangat membantu kami mengetahui alur pengiriman barang kami sampai ke tangan konsumen. Fitur ini juga membantu kami mengukur tingkat kepuasan pelanggan," imbuhnya.
"Kualitas packing yang diberikan JNE juga bagus," lanjut Madeleine.
Dalam business update di depan media dan blogger Desember 2015 lalu, Presiden Direktur JNE Abdul Rahim Tahir menyebutkan, setiap bulan JNE melayani 12 juta kiriman barang atau rata-rata 400.000 kiriman per hari.
Dengan kekuatan networking-nya, JNE saat ini memiliki 5.000 titik layanan yang menjangkau seluruh kecamatan di Tanah Air, dan melayani pengiriman ke 212 negara dengan dukungan 30.000 agen dan karyawan.
Menurut Komunikasi Pemasaran JNE Mayland Hendar Prasetyo, selama 2015 pengiriman barang di JNE bertumbuh 39 persen dari yang pencapaian di 2014. "Sebanyak 60 hingga 70 persen dari total jasa kiriman yang ditangani ini berasal dari para pelaku bisnis e-commerce," kata dia.
Banyak Peluang Bisa Digarap
Meski kini banyak pemain yang terjun di industri kreatif, pasar industri kreatif belum jenuh. Pasar masih bisa terus bertumbuh seiring dengan tren masyarakat Indonesia yang semakin digitalized.
Seperti dituturkan Abdul Rahim Tahir, dengan 74 juta pengguna Internet dan 260 juta pengguna telepon seluler saat ini, bisnis industri kreatif di era digital masih menawarkan peluang sangat besar untuk digarap.
Apalagi, pertumbuhan penduduk kelas menengah di Indonesia saat ini terus terjadi. Di 2020 nanti, jumlah warga kelas menengah di Indonesia diprediksi naik menjadi 141 juta dari posisi 74 juta kelas menengah di 2013. "Mereka merupakan pasar potensial yang menarik digarap," sebut Abdul Rahim Tahir.
Tahun ini saja, potensi pasar konsumen online shop, menurut estimasi Abdul Rahim Tahir, mencapai 8,7 juta orang. Angka ini naik nyaris 2 kali lipat dari 4,6 juta online shopper di 2013.
Sementara, perputaran uang di bisnis e-commerce sepanjang 2016 ini diproyeksikan mencapai 4,49 juta dolar AS atau tumbuh lebih dari 2 kali lipat perputaran uang di e-commerce di sepanjang 2013 yang baru sekitar 1,8 juta dolar AS.
Jangan Berhenti Berbenah
Mengantisipasi peluang yang terbuka begitu lebar dan pasar e-commerce yang semakin mature, para pelaku bisnis jasa kiriman perlu terus berbenah.
JNE, menurut Abdul Rahim, juga melakukan hal tersebut. Antara lain dengan melakukan penyempurnaan website JNE, peluncuran aplikasi mobile JNE App, dan pengembangan escrow account system (rekening bersama untuk menampung sementara lalu transaksi dan pembayaran).
"Tahun ini kami menginvestasikan dana lebih dari Rp 55 miliar untuk belanja IT (teknologi informasi," kata Abdul Rahim.
Anggaran tersebut dialokasikan untuk pembelian lisensi IT dari vendor Oracle, pengembangan data center di Jakarta dan Surabaya serta pengembangan infrastruktur IT lainnya.
Total investasi yang JNE belanjakan di tahun 2016 ini mencapai Rp 400 miliar lebih. Selain untuk pengembangan infrastruktur pendukung, juga untuk menambah jumlah armada kiriman, membangun warehouse baru dan otomatisasi sistem di internal JNE.
Langkah JNE meluncurkan berbagai layanan baru dalam 7 Magnificent, satu diantaranya aplikasi mobile My JNE, lewat sebuah acara yang dihadiri jurnalis dan blogger di kawasan Epicentrum, Jakarta, baru-baru ini juga tepat dan mendapatkan momentum yang pas.
Karena, industri kreatif dan industri terkait dengan dunia digital di Indonesia saat ini sudah semakin matang dengan pelaku yang terlibat di dalam industri ini yang semakin membesar. Hal itu ditunjang oleh terus tumbuhnya aplikasi mobile berbasis smartphone.
Kun Arief Cahyantoro, pengamat e-commerce asal Institut Teknologi Bandung (ITB) memprediksi, pertumbuhan aplikasi mobile diperkirakan bisa mencapai 45 persen.
Apalagi, seperti dinyatakan CEO Lazada Indonesia Magnus Ekbom, sekitar 85 persen pengguna smartphone di Indonesia memiliki 10-15 aplikasi mobile. Sekitar 10 persen pengguna smartphone memiliki lebih dari 40 aplikasi mobile.
Aktivitas digital yang akan terus tumbuh inilah yang saat ini dan ke depannya akan berdampak langsung pada perkembangan industri kreatif dan ekonomi digital di Indonesia makin menggelora.
Inilah yang akan secara sangat signifikan menjadi energi pendorong kuat bagi terus bertumbuhnya industri e-commerce di Indonesia. Pada gilirannya, juga akan ikut menggenjot bisnis jasa antaran ekspres dan logistik seperti JNE.
Pada akhirnya, pertumbuhan industri kreatif dan dunia digital di Indonesia harus semaksimal mungkin ditangkap oleh siapa saja yang merasa memiliki tanggung jawab memajukan negeri ini demi memberikan kesejahteraan sebesar-besar kepada anak bangsa.